SOLOPOS.COM - Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri saat memberikan sambutan dalam peresmian 127 kantor baru DPC PDIP se-Indonesia, Senin (16/10/2023). (Youtube KompasTV)

Solopos.com, SOLO — Kontestasi pemilihan umum (Pemilu) 2024 sudah di depan mata. Kini, para politikus dari berbagai kubu tengah sibuk mempersiapkan strategi untuk menjadi pemenang. Ada pos-pos tertentu yang menjadi perhatian, salah satunya wilayah Jawa Tengah (Jateng) yang kerap dijuluki sebagai kandang banteng.

Sebutan itu merujuk pada fakta bahwa sebagian besar warga Jateng memiliki kecenderungan untuk memilih PDI Perjuangan (PDIP). Julukan Jateng sebagai kandang banteng sejatinya memiliki sejarah yang panjang.

Promosi BRI Sukses Jual SBN SR020 hingga Tembus Rp1,5 Triliun

Sejak memasuki abad ke-20, Jateng telah menjadi salah satu sumbu utama pergerakan nasional. Di wilayah tersebt Cipto Mangunkusumo sempat mengkritik habis penguasa Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Pakubuwono X.

Selain itu, Jawa Tengah, terutama Semarang, adalah saksi bisu pertentangan antara Sarekat Islam (SI) Putih dengan Sarekat Islam Merah. SI Merah yang berpusat di Semarang, kemudian berkembang menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).

Pada masa kemerdekaan, Jawa Tengah menjadi pusat pertentangan kaum feodal dengan gerakan revolusioner. Terjadi revolusi sosial di Solo dan tiga daerah di Pantura Barat. Jateng juga menjadi pusat kaum nasionalis.

PNI adalah salah satu partai besar di Jawa Tengah pada masa Orde Lama. Kejayaan partai ini sempat redup pada masa Orde Baru, anak ideologis PNI yakni PDIP berhasil bangkit membawa pemikiran Marhaen ala Sukarno dan tampil sebagai salah satu partai terbesar di Indonesia hingga saat ini.

Setiap pemilu sejak Era Reformasi ’98, caleg dan capres-cawapres usungan PDIP selalu mendapat suara terbanyak di Jateng. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan Jateng dijuluki sebagai kandang banteng.

Anomali suara PDIP hanya terjadi pada Pilpres 2009, yang mana pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono bisa mengalahkan perolehan suara pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto di Jateng.
Kini, menjelang Pilpres 2024, PDIP berkomitmen agar anomali 2009 tidak terjadi lagi. Partai berlambang banteng bermoncong putih itu ingin memastikan pasangan capres-cawapres usungannya, Ganjar Pranowo – Mahfud MD, bisa mendapatkan suara mayoritas warga Jateng.

Komitmen itu sudah ditekankan oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Ketika memberikan pidato dalam Rakornas Relawan Ganjar-Mahfud di JI-Expo Kemayoran, Jakarta Pusat pada Senin (27/11/2023), Megawati mengatakan kemenangan Ganjar-Mahfud di Jateng merupakan harga mati.

“Jawa Tengah, nah ini terakhir, kenapa? Kalau ndak menang di situ, mesti saya apa ya.. karena tempat kelahiran saya,” ujar Megawati.

Tantangan PDIP di Pilpres 2024

Meski demikian, PDIP memiliki tantangan serius untuk mewujudkan itu. Pada Pilpres 2024, pasangan Ganjar-Mahfud punya lawan serius yang juga tokoh dari Jateng: Gibran Rakabuming Raka. Gibran merupakan cawapres pendamping Prabowo Subianto, yang masih menjabat sebagai Wali Kota Solo. Dia juga merupakan putra sulung dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Sebagai catatan, Pada 2019 pasangan capres-cawapres Jokowi-Maruf Amin menang mutlak di Jateng kandang banteng. Jokowi-Maruf memperoleh 18.825.511 suara atau 77,29% dari total suara sah.

Ketua DPP PDIP Puan Maharani menyadari betul tantangan ini. Meski Gibran memutuskan bergabung dengan pihak lawan, Puan menyatakan PDIP dan Ganjar-Mahfud berniat tidak mengurangi perolehan suara di Jateng.
“Kita akan berjuang mempertahankan suara di Jawa Tengah dan tentu saja Insya Allah juga kami bisa menambah suara di Jawa Tengah juga,” kata Puan di Kebun Raya Indrokilo, Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (3/12/2023), dikutip dari rilis medianya.

Tak heran memang, menurut data pemilih tetap yang dirilis Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jateng menjadi provinsi ketiga dengan jumlah pemilih terbanyak yaitu sebesar 28.289.413 orang.

Peta Kekuatan Pasangan Ganjar-Mahfud diusung oleh PDIP, PPP, Hanura, dan Perindo. Pada Pemilu 2019, keempat partai politik (parpol) itu mendapat setidaknya 37,73% suara dari total 19,42 juta suara sah di Jateng.
Sementara itu, pasangan Prabowo-Gibran diusung oleh Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN, PSI, Garuda, PBB, dan Gelora. Pada Pemilu 2019, kedelapan parpol itu memperoleh tidak kurang dari 32,99% suara sah di Jateng.

Sedangkan pasangan Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar diusung oleh PKB, NasDem, PKS, dan Ummat. Pada Pemilu 2019, keempat parpol itu meraih 27,5% suara sah di Jateng. Artinya, jika dilihat dari kekuatan parpol pengusung pada empat tahun lalu maka kemungkinan Ganjar-Mahfud akan berkuasa di Jateng. Meski demikian, 37,73% mungkin masih terlalu sedikit untuk standar ‘Kandang Banteng’.

Seperti kata Puan, mereka ingin setidaknya mempertahankan suara seperti 2019. Saat itu, pasangan usungan PDIP, Jokowi-Ma’ruf, sangat dominan dengan memperoleh 77,29% persen suara. Meski demikian, kini Jokowi dan PDIP seakan sudah lepas ikatan. Megawati secara tersirat sudah mengeluarkan sindiran tajam ke cara Jokowi menggunakan kekuasaannya. Apalagi, kini anak sulung Jokowi menjadi tandem Prabowo. Oleh sebab itu, sangat mungkin sebagian suara 77,29% pemilih Jokowi pada Pilpres 2019 akan beralih ke pasangan Prabowo-Gibran.
Namun, magis Jateng sebagai kandang banteng sepertinya belum boleh diremehkan kubu Prabowo ataupun Jokowi. Sejumlah hasil survei menunjukkan pasangan Ganjar-Mahfud masih memperoleh mayoritas suara publik di Jateng. Survei dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada 16 – 18 Oktober 2023 misalnya, yang menunjukkan Ganjar memperoleh 50,8% suara di Jateng-DIY Yogyakarta.

Angka itu jauh dari perolehan suara Prabowo (22%) dan Anies (10,4%). Begitu juga dengan hasil survei Indikator Politik Indonesia pada 27 Oktober – 1 November 2023, yang menunjukkan Ganjar-Mahfud memperoleh 64,7% suara di Jateng-DIY Yogyakarta. Prabowo-Gibran (22%) dan Anies-Imin (7,9%) tertinggal jauh di sini.

Sebagai perbandingan terakhir, temuan survei Poltracking Indonesia pada 28 Oktober – 3 November 2023 juga menunjukkan hasil yang tak jauh beda. Perolehan suara Ganjar-Mahfud (53,3%) masih digdaya daripada Prabowo-Gibran (27,2%) dan Anies-Imin (13,3%) di Jateng-DIY Yogyakarta. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul Pemilu 2024: Pecah Kongsi di Kandang Banteng

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya