SOLOPOS.COM - Ilustrasi seks bebas remaja. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Seks bebas pada remaja merupakan peristiwa saat dua orang remaja yang belum cukup umur telah melakukan hubungan suami istri sebelum menikah atau seks pranikah.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendata remaja di Indonesia yang telah melakukan hubungan suami istri.

Promosi Siap Layani Arus Balik, Posko Mudik BRImo Hadir di Rute Strategis Ini

BKKBN mencatat bahwa pada remaja usia 16-17 tahun ada sebanyak 60 persen remaja yang melakukan hubungan seksual, usia 14-15 tahun ada sebanyak 20 persen, dan pada usia 19-20 sebanyak 20 persen.

Bersumber dari ditsmp.kemdikbud.go.id yang diakses pada Jumat (4/8/2023), seks bebas pada remaja termasuk pada salah satu jenis dari pergaulan bebas remaja selain merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, mengonsumsi obat-obatan terlarang, dan tawuran. Masa remaja merupakan masa saat seseorang sedang mencari jati dirinya dan selalu ingin tahu dan mencoba hal baru.

Terjadinya pergaulan bebas dikalangan anak remaja memiliki beberapa faktor, diantaranya yaitu yang pertama tingkat pendidikan  keluarga yang minim.

Lingkungan keluarga merupakan faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan remaja seorang anak.

Jika dalam sebuah keluarga tingkat pendidikannya minim terutama pada pendidikan agama, maka remaja tersebut akan lebih mudah terjerat dalam pergaulan bebas.

Faktor yang kedua yaitu broken home atau keadaan dan situasi yang terjadi di dalam rumah tidak nyaman dan faktor lain seperti perceraian orang tua dan atau orang tua yang sering bertengkar membuat anak merasa tidak diperhatikan sehingga orang tua pun tidak mengawasi anaknya.

Hal ini membuat anak mencari perhatian dari luar atau pelarian, salah satunya yaitu pergaulan bebas.

 Faktor ketiga yaitu ekonomi keluarga yang kurang berkecukupan sehingga dapat membuat remaja putus sekolah hingga terjerat pergaulan bebas.

Faktor keempat yaitu kondisi lingkungan yang buruk. Ketika lingkungan tempat remaja tumbuh merupakan lingkungan yang buruk dan banyak dikelilingi hal negatif, maka remaja akan terjerat pergaulan bebas karena karakter dan perilakunya mudah sekali terpengaruh.

Faktor yang kelima yaitu penyalahgunaan internet oleh remaja. Remaja merupakan masa ketika anak ingin mencari tahu banyak hal dan mencobanya.

Jika dalam menggunakan internet tidak dengan diawasi oleh oraang tua, maka bisa saja penggunaan internet tersebut dapat disalahgunakan.

Penyalahgunaan internet tersebut bisa dengan bebas berselancar hingga menemukan konten yang tidak sesuai lalu mencobanya hingga terjerumus pada pergaulan bebas.

Pergaulan bebas pada remaja, terutama pada kasus seks bebas pada remaja memiliki dampak negatif yang sangat merugikan bagi remaja dari mulai kesehatan hinggi kondisi psikisnya. Pada remaja perempuan jika sampai hamil maka akan berdampak buruk pada kesehatan remaja dan bayi yang dikandungnya.

Dikutip dari yogya.bkkbn.go.id, remaja perempuan yang masih dalam masa pertumbuhan jika mengalami kehamilan maka akan terganggu pertumbuhan badannya.

Hal ini dikarenakan kalsium yang dibutuhkan oleh tubuhnya untuk penyusunan tulang akan tersedot untuk tumbuh kembang janin yang dikandungnya.

Hal ini menyebabkan remaja perempuan akan mengalami pengeroposan tulang lebih awal atau pada usia dini.

Selain itu mengganggu pertumbuhan tulang, pada saat persalinan juga remaja perempuan belum siap untuk melewatinya.

Persalinan yang dilakukan akan rawan karena panggulnya masih sempit karena belum mencapai batas maksimal pertumbuhannya.

Selain pada calon ibu, dampak negatif juga akan terjadi pada anak yang dikandung, yaitu bisa mengalami stunting atau cacat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya