SOLOPOS.COM - Anies Baswedan dan Cak Imin (Youtube KompasTV)

Solopos.com, JAKARTA — Calon presiden (capres) nomor urut 1, Anies Baswedan, menyebut pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur bukan hal mendesak yang perlu segera dilakukan.

Hal itu dia sampaikan saat ditanya Ketua Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal dalam acara Conference on Indonesian Foreign Policy 2023, Jakarta, Sabtu (2/12/2023).

Promosi Usaha Endog Lewo Garut Sukses Dongkrak Produksi Berkat BRI KlasterkuHidupku

Dino bertanya upaya pemerintah saat ini mencari bantuan dana pembangunan IKN kepada investor asing. Anies dengan gamblang menjawab pembangunan IKN bukan hal mendesak.

“Dalam situasi kita masih harus menyelesaikan PR-PR yang urgen, tampaknya itu yang harus kita prioritaskan,” ujar Anies.

Menurutnya, dukungan internasional diperlukan untuk sektor esensial seperti kesehatan dan transportasi publik. Anies sempat berkelakar apakah ada negara-negara sahabat yang akan memindahkan kedutaan besarnya ke IKN.

“Mungkin tanya sama para dubes juga di sini ada rencana pindah kantor ke sana atau tidak. Kalau saya lihat di konteks internasional, dukungan untuk membangun fasilitas pendidikan atau kesehatan jauh lebih urgen dibandingkan membangun sebuah kota. Fasilitas kesehatan dan pendidikan itu dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Sementara di IKN hanya akan dinikmati oleh aparat negara,” kata Anies.

Anies dengan tegas menyatakan masyarakat tidak membutuhkan IKN karena hanya akan membuang uang negara. “Yang dibutuhkan Indonesia saat ini adalah pemerataan pertumbuhan, dimana pembangunan dilakukan tidak hanya di satu lokasi, tapi di banyak lokasi. Jangan sampai kita membangun hanya di satu lokasi, malah menimbulkan ketimpangan baru,” ujarnya.

Meski demikian, ulasan South China Morning Post menyebut bahwa hal tersebut bisa menjadi “senjara rahasia” Anies Baswedan untuk menang Pilpres 2024 mendatang.

Dalam ulasan tersebut, SCMP menyinggung tentang bagaimana Anies secara mengejutkan berhasil memenangkan Pilkada Jakarta pada 2017 lalu dan mengalahkan Ahok. Pada Pilkada enam tahun lalu, Anies menggunakan isu irisan untuk mendapatkan simpati masyarakat.

“Selama pencalonannya sebagai gubernur Jakarta pada 2017, Anies mengalahkan gubernur sementara Basuki Tjahaja Purnama dalam putaran kedua, setelah kalah dalam pemungutan suara awal, dengan mempolitisasi komentar yang dibuat oleh politikus Kristen keturunan Tionghoa yang dianggap menghujat Islam oleh beberapa orang,” tulis SCMP.

Ian Wilson, dosen senior yang berspesialisasi dalam politik Indonesia di Universitas Murdoch, Perth juga mengatakan bahwa Anies bisa menangkap beberapa hal yang pro-rakyat, termasuk soal jumlah uang negara dan keputusan utama yang diinginkan rakyat saat ini.

“Saya pikir ketika tekanan biaya hidup dan berbagai permasalahan lainnya berdampak pada kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, melihat jumlah uang yang dibelanjakan untuk [Nusantara] adalah sesuatu yang bisa ditangkap oleh lawan politik,” kata Wilson.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya