SOLOPOS.COM - Empat mahasiswa angkatan 2022 Program Studi (Prodi) Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) lolos untuk mengikuti kegiatan International Forum on Spice Route. (Istimewa)

Solopos.com, SALATIGA – Berawal dari tugas di kelas Sejarah Maritim, empat mahasiswa angkatan 2022 Program Studi (Prodi) Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) lolos untuk mengikuti kegiatan International Forum on Spice Route. Kegiatan ini mendiskusikan jalur rempah di Indonesia sebagai bahan penelitian dan mempertahankan jalur rempah-rempah yang telah menjadi warisan budaya di tingkat daerah hingga internasional.

Kegiatan hasil kerja sama antara Yayasan Negeri Rempah, Pusat Penelitian Masyarakat dan Kebudayaan, serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini mengusung tema Reconnecting the Spice Routes: The Contribution of Maritime Southeast Asia to Global Transformation dan diselenggarakan secara online.

Diikuti oleh akademisi serta praktisi dari beragam keilmuan, tidak membuat takut tim yang beranggotakan Perve Amela Saragih asal Lamandau, Enjelina Dwi Putri Lodo asal Kupang, Melva Tamara Rumanti asal Salatiga serta Jesika Hilda Nubatonis asal Soe ini. Menurut Perve Amela, keterlibatan mereka dalam forum tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa tahun pertama di UKSW mampu terlibat dalam kegiatan skala internasional.

Perve Amela menyatakan bahwa perbedaan-perbedaan yang ada dari tim mereka dapat menjadi sebuah kekuatan. “Keberagaman mahasiswa UKSW adalah modal kuat untuk mendukung kegiatan mahasiswa tidak hanya di dalam kampus melainkan juga di kancah internasional,” tuturnya.

Mengangkat Keunikan Batik Lamandau

Berfokus pada Sejarah Maritim, tim Prodi Pendidikan Sejarah FKIP UKSW ini mempresentasikan Batik Lamandau: The Maritime Legacy of Dayak Tomun. Perve Amela melihat terdapat beberapa motif dalam batik Lamandau yang memiliki hubungan erat dengan kemaritiman masyarakat Dayak Kalimantan, khususnya Dayak Tomun dari Kabupaten Lamandau.

Mengangkat topik yang tidak biasa, Perve Amela termotivasi untuk memperkenalkan batik khas Lamandau yang telah mendapatkan hak paten dan sangat populer di Kalimantan Tengah (Kalteng) pertengahan tahun ini. Perve Amela menuturkan bahwa batik Lamandau merupakan salah satu topik tulisan baru yang jarang dibahas.

“Saya melihat ini sebagai suatu peluang besar di mana selain sebagai salah satu kontribusi saya sebagai anak daerah dan sebagai topik untuk mencari pengalaman,” ungkapnya. Menjadi satu-satunya dari 66 peserta yang beranggotakan mahasiswa, Perve Amela mengungkapkan tantangan utama mereka adalah saat membuat full paper article.

Menurutnya, peserta yang lolos dalam konferensi merupakan orang-orang yang memiliki gelar S2 bahkan S3 dari berbagai negara. “Ini kali pertama kami membuat full paper dengan standar internasional, jadi tentu menggunakan bahasa Inggris. Kami menyadari kekurangan kami dalam bahasa Inggris, namun tidak menutup semangat kami untuk terus belajar,” tuturnya.

Sementara itu, Perve Amela turut mengucapkan terima kasih kepada Ketua Program Studi (Kaprodi) Pendidikan Sejarah FKIP UKSW Wahyu Purwiyastuti, S.S., M.Hum., yang telah mendampingi dan memberikan dukungan penuh dari awal hingga selesai.

Rekomendasi
Berita Lainnya