SOLOPOS.COM - Semburan gas keluar dari lubang galian di Desa Pasirlaja, Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (11/10/2023). (ANTARA/HO-Polsek Sukaraja)

Solopos.com, BOGOR — Fenomena air bercampur gas metan muncul di Kampung Leuwi Kotok, Desa Pasirlaja, Kecamagan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Rabu (11/10/2023), setelah warga mengebor sumur sedalam 130 meter.

Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid mengatakan semburan air bercampur gas itu merupakan fenomena geologi umum seperti yang mungkin terjadi di berbagai wilayah di Indonesia.

Promosi Jaga Keandalan Transaksi Nasabah, BRI Raih ISO 2230:2019 BCMS

“Munculnya beberapa semburan air bercampur gas pada sumur bor masyarakat secara geologis merupakan fenomena yang umum,” katanya, dilansir Antara.

Menurutnya gas tersebut berdasarkan referensi umumnya merupakan gas biogenik yang sering muncul di rawa atau sawah, sehingga disebut gas metan sawah atau gas metan rawa, sesuai yang telah diidentifikasi oleh Perusahaan Gas Negara (PGN).

Gas tersebut dihasilkan dari aktivitas dekomposisi material organik di suatu rawa-rawa pada masa lampau kemudian di bawah permukaan akan terakumulasi dan tertangkap pada kantong-kantong dengan sebaran yang relatif tidak luas.

“Umumnya terperangkap pada lapisan sedimen yang berumur muda (kurang dari ???10.000 tahun) dan muncul ke permukaan sebagai semburan biasanya akibat tertembusnya lapisan perangkap gas tersebut pada kedalaman tertentu,” kata dia.

Melihat kejadian serupa sebelumnya, ia memperkirakan bahwa semburan air bercampur gas tersebut tidak akan berlangsung lama sekira satu hingga dua bulan ke depan.

Hal itu disebutnya sangat memungkinkan berdasarkan kondisi geologi lokasi munculnya semburan yang berada pada Kipas Aluvium dan tersusun atas lempung, lanau, batu pasir, kerikil, dan kerakal.

“Batuan tersebut terbentuk oleh aktivitas sungai yang berasosiasi dengan rawa-rawa,” kata Wafid.

Badan Geologi melalui Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan berencana akan melakukan kunjungan lapangan pada lokasi semburan tersebut untuk melakukan pengukuran sifat kimia-fisika di lapangan dan analisis hidrokimia di laboratorium.

Kapolsek Sukaraja Kompol Birman Simanullang menyatakan pengeboran dilakukan kurang lebih sebulan, tidak dapat air, dengan kedalaman kurang lebih 130 meter.

Ia mengungkapkan semburan gas bercampur air dengan ketinggian sekitar 50 meter itu terjadi sejak Rabu sore pada pekerjaan pembuatan sumur bor di sebuah bangunan indekos.

Saat itu, kata dia, para pekerja pengeboran mulai putus asa dan mulai membereskan peralatan tiba-tiba air bercampur gas menyembur keluar dari lubang tanpa henti.

“Informasi dari pemilik indekos, ini lagi kemarau dilakukan pengeboran untuk mencari mata air di bawah tanah. Sudah sebulan ini dilakukan pengeboran. Tidak dapat air padahal sudah 130 meter,” ungkapnya.

Birman memastikan telah melakukan pemasangan garis polisi di sekitar lokasi agar warga tidak mendekat. Selain itu, pemilik dan penghuni indekos sepakat untuk mengosongkan tempat sementara waktu hingga situasi cukup aman.

“Ini kebetulan ada pagar. Jadi kita tutup semua, tidak ada masyarakat lalu lalang. Yang tinggal di sini sudah mengerti. Jadi keselamatan yang diutamakan,” kata Birman.

Menurut dia, semua penghuni indekos sementara dievakuasi terlebih dahulu khawatir gas yang keluar dari lubang sumur mengandung racun. Karena, hingga Rabu malam semburan gas masih terus terjadi meski tidak sekuat sore hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya