SOLOPOS.COM - Prabowo Subianto dicitrakan gemoy oleh partai pendukungnya. (Istimewa/Twitter X)

Solopos.com, JAKARTA — Belakangan muncul teori yang mengatakan jika gaya kampanye Prabowo Subianto mirip dengan Bongbong Marcos. Teori ini viral setelah Juru Bicara Tim Nasional (Timnas) Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) Surya Tjandra mengatakan demikian pada acara yang ditayangkan di YouTube beberapa waktu lalu. 

“Model-model kampanye yang mirip-mirip dengan kasus di Filipina. Bongbong Marcos yang anaknya Ferdinand Marcos, otoritarian semacam orde baru dulu, bisa come back karena memanipulasi,” kata Surya, dilansir Bisnis.com.

Promosi Bertabur Bintang, KapanLagi Buka Bareng BRI Festival 2024 Diserbu Pengunjung

Sebagai informasi, Bongbong Marcos adalah anak dari diktator Filipina, Ferdinand Marcos. Ferdinand berkuasa selama 21 tahun dan dianggap otoriter. 

Pada dasarnya, Ferdinand Marcos juga kerap mendapatkan pujian karena capaiannya selama menjabat sebagai Presiden Filipina sejak 1965-1986. 

Banyak yang memujinya atas proyek-proyeknya yang bertahan hingga hari ini, termasuk Pusat Kebudayaan Filipina dan jembatan antar pulau terpanjang di negara itu.  

Namun Time menulis bahwa pemerintahannya selama dua dekade juga dirusak oleh pelanggaran hak asasi manusia besar-besaran, korupsi, dan pencurian uang negara. 

Dia digulingkan pada 1986 melalui pemberontakan rakyat, Revolusi Kekuatan Rakyat dan keluarga Marcos melarikan diri ke Hawaii. 

Setelah “dinasti Marcos” hilang selama satu dekade lebih, Bongbong Marcos kembali ikut dalam Pilpres Filipina. 

Pada 2021, Bongbong Marcos mengumumkan bahwa ia akan ikut mencalonkan dirinya dalam pemilu presiden 2022, melalui partai Partido Federal ng Pilipinas (PFP). 

Hasilnya Bongbong Marcos menang telak dan kini dirinya menjabat sebagai Presiden ke-17 Filipina saat ini. 

Strategi kampanye Bongbong Marcos 

Dalam beberapa tahun terakhir sebelum dirinya akhirnya menang dan jadi Presiden, keluarga Marcos telah memanfaatkan kekuatan media sosial untuk lebih menyusun kembali narasi tentang cap otoriter yang diberikan kepada ayahnya dulu. 

Profesor ilmu politik Julio C. Teehankee di Universitas De La Salle di Manila mengatakan bahwa Bongbong dan seluruh keluarga Marcos telah mengadaptasi jaringan dukungan dan kekayaan besar Marcos Sr. untuk menciptakan negara yang “berminyak” dan “dibiayai dengan baik” kampanye media sosial. 

Lebih dari seperlima warga Filipina hidup di bawah garis kemiskinan, sementara kekayaan terkonsentrasi di kalangan pengusaha dan keluarga politik. 

Dilansir dari Time, laporan pada 2018 dari sebuah lembaga pemikir yang dikelola negara memperkirakan hanya sekitar 1,4% populasi yang berpenghasilan tinggi, diperkirakan mencapai $43.400 atau lebih setiap tahunnya. 

Inilah yang kemudian dimanfaatkan Bongbong Marcos untuk membuat citra baru bagi dirinya dan keluarganya. 

Faktor lainnya adalah usia pemilih. Sekitar 56% dari 65,7 juta pemilih terdaftar berusia di bawah 40 tahun, artinya mereka tidak dilahirkan pada masa pemerintahan Marcos Sr., atau terlalu muda untuk mengingat ke-otoriteran ayahnya. 

Ini jugalah yang pada akhirnya digunakan oleh Bongbong Marcos sebagai salah satu strategi kampanyenya. 

Seberapa mirip strategi Prabowo dengan Bongbong Marcos? 

Kampanye Prabowo dengan citra “gemoy” nya Salah satu isu yang kerap dialamatkan kepada Prabowo Subianto adalah HAM. 

Hingga saat ini, masih banyak masyarakat yang terus mengungkit keterlibatan Prabowo, namun tak pernah terbukti. 

Jika menengok pada era Pilpres 2014, Prabowo masih menampilkan diri sebagai sosok yang memiliki karakteristik citra militeristik yang tegas. 

Hal ini terlihat dari beberapa pernyataan dan unggahan media sosial dari purnawirawan militer tersebut. 

Misalnya saja pada 9 Juli 2014 lalu, Prabowo yang masih berstatus Capres memarahi beberapa wartawan televisi karena disebut menulis berita yang tidak sesuai fakta. 



Akan tetapi belakangan ini, alias setelah mendeklarasikan diri sebagai Capres dengan no urut 2, Prabowo terlihat lebih santai di depan kamera wartawan. 

Strategi ini mirip dengan Bongbong Marcos yang berhasil mengubah citra dari sosok yang kaku menjadi sosok yang lebih lunak di depan kamera. 

Seperti Bongbong pula, Prabowo dan Timnya memanfaatkan media sosial (dalam hal ini TikTok) untuk membuat citra “gemoy” yang belakangan memang viral dan melekat di hati para pemilih muda. 

Tak dapat dipungkiri bahwa Milenial dan Generasi Z akan menjadi segmen pemilih yang paling diperebutkan oleh para kontestan pemilu di Pilpres 2024 mendatang. 

Kemudian yang tak kalah sama, Bongbong Marcos menggandeng Putri tertua Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Sara Duterte, sebagai Wapresnya. 

Sebagai informasi, Rodrigo Duterte masih menjabat sebagai Presiden Filipina saat putri tertuanya nyapres bareng Bongbong Marcos. Strategi ini juga mirip dengan Prabowo Subianto yang mengajak putra tertua Jokowi, Gibran, untuk maju Pilpres 2024.

 

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “Usung Citra “Gemoy”, Seberapa Mirip Gaya Kampanye Prabowo dengan Bongbong Marcos?”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya