SOLOPOS.COM - Rifki Setiawan Lubis Dua warga memperbaiki jaring ikan di perkampungan nelayan Sembulang, Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau, Minggu (17/9/2023). Sejak dua pekan terakhir nelayan di pulau tersebut tidak melaut dampak dari rencana relokasi warga untuk proyek strategis nasional (PSN) Rempang Eco-City Pulau Rempang. ANTARA FOTO/Teguh Prihatna/YU

Solopos.com, BATAM — Badan Pengusahaan (BP) Batam memutuskan untuk tidak merelokasi warga Pulau Rempang ke rumah susun (rusun) karena mayoritas masyarakat menolak.

Opsi lanjutan yang ditawarkan kepada warga Rempang adalah rumah toko (ruko).

Promosi Efek Ramadan dan Lebaran, Transaksi Brizzi Meningkat 15%

BP Batam menyebut hampir 100 persen warga Rempang menolak rusun.

“Sebanyak 99,99 persen Warga Rempang tidak mau ke rusun, mungkin karena ruang geraknya terbatas. Jadi saya tak akan bicara rusun lagi. Sebagai gantinya, kami tawarkan ruko. Sekarang sudah ada 500 unit,” kata Kepala BP Batam, Muhammad Rudi di Batam, Rabu (27/9/2023).

Saat ini selain 500 unit ruko kosong, BP Batam juga menawarkan rumah tapak sebagai lokasi relokasi sementara, misalnya di Perumahan Bida 3 Sambau.

BP Batam menegaskan tidak ada lagi batas waktu pengosongan pulau, yang sebelumnya ditetapkan pada 28 September 2023.

Upaya pendekatan akan terus dilakukan bahkan sampai rumah relokasi permanen di Tanjung Banon dan Dapur 3 sudah jadi.

“Kami punya keinginan agar ini cepat selesai. Biaya sewa dan uang makan warga ditanggung BP Batam. Semakin cepat kami bangun, maka akan semakin irit buat BP Batam. Kalau semakin lama, maka semakin banyak uang keluar,” paparnya.

Sebagai informasi ada lima kampung di Sembulang yang akan direlokasi, yakni Pasir Panjang, Pasir Merah, Sembulang Hulu, Sembulang Tanjung dan Belongkeng.

Nama terakhir akan menjadi lokasi menara pengembang Pulau Rempang, yakni PT Makmur Elok Graha (MEG).

Luas lahan untuk menara sebesar 350 hektare yang akan dinamai Menara Rempang.

Mengenai rencana pemindahan, rencananya 1.000 KK dari 2.700 KK di Sembulang akan direlokasi ke Tanjung Banon.

“Kalau Tanjung Banon 1.000 KK, maka nanti Dapur 3 1.700 KK, tapi kalau semuanya mau pindah ke Tanjung Banon, maka tidak ada masalah,” katanya lagi.

Sebelumnya, BP Batam telah menyediakan hunian sementara berupa rusun, pemerintah menyiapkan Rusun BP Batam, Rusun Pemko Batam dan Rusun Jamsostek.

Kepala Biro Humas Promosi dan Protokol, Ariastuty Sirait menjelaskan, bagi masyarakat yang menempati rusun nantinya bisa memperoleh berbagai fasilitas lengkap.

Salah satunya dengan tipe studio kamar. Di dalam kamar ini, fasilitas disediakan di antaranya 2 tempat tidur, lemari pakaian, bantal, kasur, kamar mandi dalam, kipas angin, dapur, gorden, meja dan kursi.

Sementara itu, di luar kamar, tersedia tempat ibadah, pengamanan 24 jam, sarana olah raga, tempat cuci tangan, area komersil (minimarket), dan tempat parkir.

Hingga saat ini, laporan dari tim di lapangan sebanyak 110 KK telah mendaftar dan siap dipindahkan.

Secara akumulasi, ada 901 unit hunian sementara yang tengah disiapkan pemerintah baik rumah tapak, rusun maupun ruko.

“Mari bersama kita dukung program ini, semoga berjalan lancar,” seru Ariastuty.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “BP Batam Hapus Opsi Rusun untuk Relokasi Warga Pulau Rempang, Diganti Ruko”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya