SOLOPOS.COM - Founder Gerakan Sekolah Menengah (GSM), Muhammad Nur Rizal Ph.D ketika memberikan keterangan pers belum lama ini. (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SOLO — Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) adalah gerakan akar rumput demi mendorong transformasi pendidikan yang memanusiakan untuk seluruh anak Indonesia melalui pendekatan berbasis komunitas. Gerakan ini didirikan oleh Muhammad Nur Rizal yang kini sudah memiliki ribuan anggota di Indonesia.

Ide membuat Gerakan Sekolah Menyenangkan berawal ketika dirinya kuliah untuk mengambil gelar doktor di Monash University, Australia. Ketika itu sekitar 2009, dia membawa serta keluarga termasuk anaknya ke Australia. Ketika memutuskan memasukan anaknya sekolah di Negeri Kanguru itu, dirinya mulai terkesima dengan standar pendidikan di sana.

Promosi BRI Bantu Usaha Kue Kering di Sidoarjo Berkembang Kian Pesat saat Lebaran

“Dari situasi kebatinan saja sudah inklusi, dari suasana kelas sudah tidak ada kursi atau bangku yang berjejer-jejer, yang terjadi proses belajarnya dialog. Jadi gurunya tidak ngajari tapi nanya kejadian,” kata dia kepada Solopos.com, Sabtu (2/3/2024).

Menurutnya, pendidikan yang dia lihat itu tidak hanya membangun kognitif anak, namun juga mental serta empati terhadap lingkungan dan sosial.

“Nah ini pengalaman batin saya dengan istri saya ini ingin diceritakan ulang ke guru-guru. Makanya kami buat semacam gerakan,” kata dia.

Dia memilih membuat gerakan sosial GSM sehingga bisa diakses guru-guru. Dia berharap siswa dari sekolah mana pun bisa merasakan bahwa pendidikan yang berkualitas itu pendidikan yang memanusiakan.

“Bukan pendidikan metodologis, tapi pendidikan yang kembali pada kodrat bawaan manusia, nah kultur ini yang kita sebar luaskan,” kata dia.

GSM kali pertama dia kenalkan ketika kembali ke Tanah Air pada 2016. Rizal membawa pengalaman bersekolah di Australia yang ingin disebarluaskan agar bisa dirasakan oleh seluruh murid di Indonesia tanpa terkecuali.

Rizal dan istri sendiri merasa prihatin dengan pendidikan Indonesia yang masih mematok nilai dan ujian. Padahal sebetulnya anak-anak bisa belajar dengan metode yang lebih menyenangkan.

Mengutip laman resmi sekolahmenyenangkan.or.id, dalam praktiknya GSM merangkul sekolah-sekolah pinggiran yang tidak mendapatkan perhatian pemerintah. Tujuannya agar kualitas sekolah pinggiran juga bisa terangkat dan para murid dapat merasakan iklim belajar seperti sekolah di Australia.

GSM memiliki filosofi dan nilai sebagai narasi yang menginspirasi melalui ketokohan yang dapat dipercaya dengan melakukan upaya pergeseran paradigma lama ke pola pikir baru. Lalu dari budaya lama ke budaya baru dalam pendidikan melalui komunitas.

Rizal lebih memilih membentuk komunitas lantaran menurutnya dapat membuat pendistribusian nilai-nilai pendidikan menjadi lebih gencar dan masif.

“Peningkatan profesionalisme guru juga lebih mudah dan cepat karena dilakukan melalui pertukaran praktik baik, pengetahuan, dan pengalaman di antara mereka. Komunitas memungkinkan semangat kolektif-kolegial dan kolaborasi itu terjadi,” kata dia.

Salah satu kegiatan GSM adalah memperkenalkan konsep ruang ketiga dalam pendidikan. Rizal menjelaskan ruang ketiga yang dimaksud adalah interaksi atau berdialog antarsesama. Dia berharap ruang ketiga tersebut ada di setiap sekolah, sehingga sekolah tidak hanya sebagai tempat belajar formal.

“Ini dalam rangka membangun berpikir filsafat dalam kaitan pendidikan, harapan guru-guru kita itu bisa berpikir secara fundamental, bagaimana merefleksikan, mengevaluasi. Harapannya gurunya bahagia akan berdampak bagi interaksi antara guru dan muridnya,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya