SOLOPOS.COM - Diskusi dan pemutaran tiga film karya mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta di CGV Transmart Pabelan Solo, Kamis (22/2/2024) malam. (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SUKOHARJO—Komunitas K20 Cinema mengadakan pemutaran tiga film berjudul Ambune, Langkah Puan, dan Rasido Bedjo di CGV Transmart Pabelan Sukoharjo, Kamis (22/2/2024) malam.

Tiga film tersebut merupakan karya mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) UIN Raden Mas Said Surakarta angkatan 2020.

Promosi BRI Kembali Gelar Program Pemberdayaan Desa Melalui Program Desa BRILiaN 2024

Acara dimulai dengan pemutaran film Langkah Puan. Film yang disutradarai oleh RR Vency dan Reza Ulil itu berusaha menangkap persoalan klasik perempuan yakni kesempatan mengenyam pendidikan.

Cerita berpusat pada tokoh Laras diperankan oleh Silviana Triagustin. Dikisahkan, Laras tidak bisa melanjutkan sekolah karena dijodohkan oleh bapaknya sendiri. Namun hal itu menuai penolakan dari sang ibu dan Laras.

Tokoh Bapak diperankan oleh Triardi Hamung awalnya menerima telepon dari juragan yang ingin menikahi anaknya.

Setelah obrolan telepon selesai, tokoh Ibu yang diperankan Dwi Windarti kesal karena Bapak menyetujui lamaran juragan. Bahkan si Bapak menggadaikan rumah ke juragan tanpa sepengetahuan Ibu.

Si Ibu terus meyakinkan Bapak untuk mengizinkan Laras melanjutkan kuliah. Apalagi Laras cerdas dan mendapatkan beasiswa. Namun Bapak masih keras kepala menilai pendidikan tidak penting dan kodrat perempuan itu mengurus rumah. 

Konflik meletus ketika Bapak memaki Ibu sebagai perempuan bodoh. Ibu pun menerima makian itu lalu berharap Laras tidak berakhir seperti dirinya. Caranya adalah melanjutkan kuliah, bukan nikah.

Bapak yang emosinya memuncak pun pergi dan memilih memancing. Tak lama kemudian, Ibu mendengar suara Laras yang menangis. Ibu pun menghampiri putrinya dan mengajak Laras pergi dari rumah.

Setelah itu, diputar film berjudul Rasido Bedjo yang disutradarai oleh Faiz Abdul. Film itu bercerita tentang Bedjo diperankan oleh Abdul Malik Taslimi yang terpaksa menjadi manusia silver untuk membiayai kuliah.

Sebagai manusia silver yang menggantungkan hidup sehari-hari di jalanan, Bedjo bertemu dengan Dosen diperankan oleh Muhammad Zaky Fahreza. Dia bertemu dosennya ketika beraksi sebagai manusia silver. Sontak dia malu bukan main.

Di tengah rasa malu yang bercampur aduk dengan ingatan bahwa ia masih menyandang status sebagai mahasiswa, Bedjo berlari meninggalkan dosennya. 

Setelah selesai dengan rutinitas sebagai manusia silver, Bedjo pulang dan dihadapkan dengan kesialan lagi, uang hasil mengamen hari itu diambil oleh preman yang diperankan oleh Burham Aldan Ar Rasyid. 

Serasa dunia sudah hancur, Bedjo yang sudah muak dengan rutinitas dan juga kesialan hidup ingin bunuh diri. Ia mengakhiri hidup dengan menyayat urat nadi di pergelangan tangannya. Namun, tiba-tiba dia terbangun lagi. Ternyata, semua itu hanyalah mimpi.

Film ini berusaha menangkap nestapa mahasiswa yang semakin hari terimpit beban Uang Kuliah Tunggal (UKT). Semakin ke sini, biaya kuliah tidak lagi murah. Tokoh Bedjo adalah representasi mahasiswa miskin yang harus bersusah payah mencari uang kuliah.

Terakhir adalah pemutaran film Ambune yang disutradarai Muhammad Fuad Syarifuddin.Film itu dibuka dengan seorang bapak Sutrisno yang meninggal karena serangan jantung. Semasa hidupnya, dia tinggal bersama ketiga anaknya yakni Darmi Hartami, Budi Hartanto, Rani Ramadhani.

Setelah itu anak-anaknya mulai meributkan masalah warisan. Darmi adalah yang memulai membicarakan mengenai warisan setelah mengadakan tahlilan bersama Ustaz Nugroho. 

Namun, Budi dan Rani tidak ingin membahas warisan dulu karena bapaknya belum lama dikubur. Tetapi dengan kepintaran Darmi, adik-adiknya itu mau membuka diskusi terkait hak waris.

Untuk memenuhi gaya hidupnya yang glamor, Darmi menghasut adik-adiknya dan meminta warisan terbanyak. Tetapi adiknya merasa ragu dan lagi-lagi tidak setuju. Ketika pembicaraan memanas, Pak Ustaz yang sebelumnya ke kamar mandi ikut dalam diskusi. 

Ustaz Nugroho kemudian teringat bahwa ayah mereka, Sutrisno menitipkan surat wasiat. Wasiat itu dibuka. Darmi yang awalnya senang, tiba-tiba pingsan karena terkejut.  Melalui wasiat dari ayahnya, Darmi tersadar ternyata warisan yang tidak seberapa itu ditujukan untuk membayar utang.

Film yang diproduksi oleh Dessy, Ivan, Fuad, Burham dan Riski itu menangkap persoalan keluarga miskin yang terlilit hutang. Bahkan ketika meninggal, sang ayah sebenarnya tidak mewariskan apa pun kecuali utang semasa dia hidup.

Di sisi lain, film ini juga berusaha menangkap sifat manusia yang tamak melalui penggambaran tokoh bernama Darmi yang tergiur harta warisan. Meski akhirnya Darmi tersadar bahwa pada akhirnya dirinya tidak bisa keluar dari kemiskinan.

Ketua Penyelenggara, Muhammad Fuad Syarifuddin, mengatakan pemutaran film tersebut bertujuan untuk mengapresiasi hasil karya  anggota komunitas. Selain itu, pihaknya ingin mempertemukan kreator dan pecinta film di Soloraya.

“Ini juga sekaligus menjadi refleksi dan inspirasi bagi anggota K20 Cinema untuk terus berkarya dan berinovasi di masa depan. Serta bisa menjadi wadah aspirasi bagi semua kalangan pecinta film,” kata dia kepada Solopos.com, Kamis malam.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya