SOLOPOS.COM - Ilustrasi virus. (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA–Pemerintah mengimbau pemangku kepentingan selalu waspada terhadap virus Nipah karena wabah dilaporkan telah terjadi di negara yang dekat dengan Indonesia yakni India. Meskipun, hingga kini di Indonesia belum terdapat adanya kasus Nipah.

“Mengingat letak geografis Indonesia berdekatan dengan negara yang melaporkan wabah, sehingga kemungkinan risiko penyebaran dapat terjadi,” kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Maxi Rein Rondonuwu dalam keterangan di Jakarta, Selasa (26/9/2023), seperti dilansir Antara.

Promosi Kisah Petani Pepaya Raup Omzet Rp36 Juta/bulan, Makin Produktif dengan Kece BRI

Dia pun mengimbau pemerintah daerah, kantor kesehatan pelabuhan (KKP), fasilitas pelayanan kesehatan, dan para pemangku kepentingan lainnya untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap virus Nipah.

Menurutnya, pemantauan kasus dan negara terjangkit di tingkat global melalui kanal resmi https://infeksiemerging.kemkes.go.id dan https://www.who.int/emergencies/diseaseoutbreak-news.

Lebih lanjut, Maxi meminta pemangku kepentingan selalu meningkatkan pengawasan terhadap orang (awak, personel, dan penumpang), alat angkut, barang bawaan, lingkungan, vektor, binatang pembawa penyakit di pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas batas negara, terutama yang berasal dari negara terjangkit.

“Juga meningkatkan kewaspadaan dini dengan melakukan pemantauan kasus sindrom demam akut yang disertai gejala pernapasan akut/kejang/penurunan kesadaran, serta memiliki riwayat perjalanan dari daerah terjangkit,” ujarnya.

Fasilitas layanan kesehatan (fasyankes), kata Maxi, agar memantau dan melaporkan kasus yang ditemukan sesuai dengan pedoman melalui laporan Surveilans Berbasis Kejadian kepada Dirjen P2P Kemenkes melalui aplikasi Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) serta Public Health Emergency Operation Centre (PHEOC) melalui WhatsApp 0877-7759-1097.

Dia melanjutkan jika terdapat spesimen kasus suspek hendaknya dikirim ke Balai Besar Laboratorium Biologi Kesehatan d/h Laboratorium Prof dr Srie Oemijati di Jalan Percetakan Negara 23 Jakarta 10560 untuk dilakukan pemeriksaan. Selain itu, harus dilakukan investigasi dalam 1×24 jam termasuk pelacakan kontak erat.

Upaya tersebut, menurutnya, telah tertuang dalam Surat Edaran Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan No. HK.02.02/C/4022/2023 tentang Kewaspadaan Terhadap Penyakit Virus Nipah.

Diberitakan sebelumnya, kasus penularan penyakit Nipah terjadi baru-baru ini di Kerala, India, menyebabkan dua kematian. Penyakit Nipah merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus Nipah, yang ditularkan dari hewan ke manusia.

Penyakit itu menyebabkan komplikasi pada otak dan juga penyakit pernapasan dengan angka kematian 40 persen hingga 70 persen pada manusia yang terinfeksi. Masa inkubasi penyakit Nipah adalah lima hingga 14 hari. Gejala penyakit Nipah adalah demam, sakit kepala, muntah, ruam, kesulitan bernapas, kejang, dan kebingungan

Baru-baru ini, Menteri Kesehatan Malaysia Zaliha Mustafa mengeluarkan arahan kesiapsiagaan risiko penularan penyakit Nipah bagi warga Malaysia, terutama mereka yang baru bepergian ke negara berisiko tinggi.

Menteri Zaliha dalam keterangannya yang diterima di Kuala Lumpur, Minggu (24/9/2023), meminta warganya rajin mencuci tangan dengan sabun, menghindari sentuhan dengan kelelawar atau babi terutama yang sakit, menghindari berada di kawasan di mana kelelawar diketahui berkumpul atau tinggal.

Dia juga mengimbau warga menghindari pengambilan buah-buahan dan nira, contohnya pohon kurma atau kelapa atau nipah yang diduga tercemar dengan air liur atau cairan badan kelelawar. Selain itu, ia meminta masyarakat menghindari bersentuhan langsung dengan dengan orang yang terjangkit penyakit Nipah.

Zaliha meminta mereka yang masuk atau kembali ke Malaysia dari negara yang berisiko tinggi untuk melakukan pemantauan secara mandiri tanda dan gejala penularan penularan virus Nipah selama 14 hari. Seandainya bergejala, hindari kontak dengan orang lain dan segera meminta perawatan di fasilitas kesehatan terdekat.

Penularan penyakit Nipah terdeteksi pada manusia pernah terjadi di Malaysia pada September 1998 hingga Mei 1999, dengan total 265 kasus termasuk 105 kematian. Sejak saat itu, pemantauan penyakit Nipah dilakukan pada manusia melalui deteksi kasus pasif.

Zaliha mengatakan sejak 27 Mei 1999 hingga 21 September 2023 belum ada kasus penyakit Nipah pada manusia di Malaysia. Selain itu, belum ditemukan sampel hewan yang positif mengidap virus Nipah. Malaysia telah dinyatakan bebas penyakit Nipah pada 2001 oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya