News
Kamis, 15 Februari 2024 - 18:16 WIB

Efek Jokowi di Balik Kemenangan Besar Prabowo-Gibran di Pilpres 2024

Anshary Madya Sukma  /  Lukman Nur Hakim  /  Surya Dua Artha Simanjuntak  /  Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti PIDATO PRABOWO-GIBRAN Suasana saat berlangsungnya acara Mengawal Suara Rakyat di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (14/2/2024). Dalam pidatonya Prabowo-Gibran bersyukur dengan hasil hitung cepat atau quick count Pemilu 2024 dari berbagai lembaga survei yang menunjukkan pasangan nomor urut 2 tersebut menang satu putaran.

Solopos.com, SOLO — Kemenangan besar pasangan calon (paslon) nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, versi hitung cepat alias quick count Pilpres 2024 sudah dapat diprediksi karena efek dari Jokowi.

Pasalnya, jauh-jauh hari sebelum pemungutan suara berlangsung, mayoritas lembaga survei telah mengungkap tanda-tanda kemenangan Prabowo-Gibran bahkan untuk pilpres satu putaran.

Advertisement

Prabowo-Gibran adalah paslon capres dan cawapres yang didukung oleh mayoritas partai di pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Secara de facto paslon ini didukung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), meski secara de jure alias legal formal, Jokowi selalu menyatakan netralitasnya dalam pelaksanaan kontestasi Pilpres 2024.

Efek Jokowi pada kubu paslon nomor urut 2 itu tercermin dari sosok Gibran, relawan-relawannya, hingga pengusungan narasi tentang keberlanjutan. Bayang-bayang Jokowi di paslon nomor 2 itu turut berpengaruh positif secara elektoral terhadap perolehan suara Prabowo-Gibran dalam kontestasi Pilpres 2024.

Mayoritas lembaga yang melakukan hitung cepat menempatkan Prabowo-Gibran sebagai pemenang Pilpres 2024. Persentasenya cukup tinggi yakni di atas 55%. Gap atau jarak suara dengan dua kompetitornya, yakni Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo cukup jauh.

Advertisement

Hasil hitung cepat versi Indikator Politik, misalnya, menunjukkan perolehan suara Prabowo-Gibran 58%, Anies-Muhaimin 25,32%, dan Ganjar-Mahfud 16,68%. Angka itu dihitung dari data yang masuk sebanyak 97,63% per Kamis (15/2/2024) pukul 06.11 WIB.

Sementara itu, versi Lembaga Survei Indonesia alias LSI, dengan data yang masuk 95,45%, Prabowo-Gibran 57,47%, Anies-Muhaimin 25,30%, dan Ganjar-Mahfud di angka 17,23%.

Versi Poltracking, data masuk 95,67%, perolehan suara Prabowo-Gibran mencapai 59,35%, Anies-Muhaimin 24,27%, dan Ganjar-Mahfud 16,28%.

Tak sekadar menang secara nasional, Prabowo-Gibran juga menyapu bersih provinsi-provinsi yang menjadi basis suara Jokowi pada Pilpres pada 2019 lalu, khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada Pilpres 2019 lalu, Jokowi menang telak di dua provinsi ini.

Advertisement

Selain basis suara Jokowi, Jateng dan Jawa Timur adalah dua daerah yang secara tradisional merupakan basis suara bagi pendukung nasionalis khususnya PDI Perjuangan (PDIP) dan nahdliyin alias NU yang merupakan ceruk suara bagi PKB pada pemilu 2019 lalu.

PDIP dalam Pilpres 2024 mengusung Ganjar Mahfud dan PKB mengusung Anies-Muhaimin. Menariknya, capres usungan PDIP dan PKB kalah telak di dua wilayah ini.

Real count KPU menunjukkan angka kemenangan Jokowi di Jawa Timur pada Pilpres 2019 lalu mencapai 65,79% dan Jawa Tengah 77,26%. Sementara itu, jika mengacu kepada hasil hitung cepat di Indikator dan LSI, perolehan suara Prabowo-Gibran di Jatim berada di kisaran 64% dan Jateng 52,9% atau nyaris 53% pada Pilpres 2024.

Kendati tidak sebesar Jokowi, efeknya masih terasa karena hasil suara Prabowo versi hitung cepat di dua provinsi ini pada Pilpres 2024 naik cukup signifikan. Sebagai perbandingan, pada Pemilu 2019 lalu, Prabowo di Jateng hanya memperoleh suara 22,74% (versi real count KPU) sekarang hampir 53% (quick count).

Advertisement

Sementara di Jawa Timur, perolehan suara Prabowo dari 34,21% menjadi 64%. Di sisi lain, hasil hitung cepat juga mengungkap fenomena lain, persentase kemenangan Prabowo di Jawa Barat yang menjadi basis suara tradisionalnya, justru menunjukkan penurunan dibanding hasil real count KPU pada 2019 lalu, angkanya tipis yakni dari 59,93% (2019) menjadi di kisaran 57,3% – 58,7% (2024) versi hitung cepat LSI dan Indikator Politik.

Namun demikian, terlepas dari tren tersebut, capaian suara di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat tersebut meski masih dalam range hitung cepat alias quick count, merupakan tanda-tanda bagi Prabowo-Gibran untuk memenangkan Pilpres 2024 dalam satu putaran.

Efek Jokowi

Perolehan suara Prabowo-Gibran khususnya di provinsi yang menjadi lumbung suara, seperti Jawa Timur dan Jawa Tengah tidak lepas dari efek Jokowi. Sosok Jokowi sangat populer di wilayah ini. Apalagi, tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi cukup tinggi.

Secara nasional tingkat kepuasan terhadap Jokowi berada di angka yang cukup tinggi di kisaran 79% versi Indikator Politik. Khusus di Jateng dan Jawa Timur, kepuasan publik terhadap Jokowi versi Indikator Politik mencapai 82,8%dan 88,3%.

Advertisement

Adapun kepuasan publik terhadap Jokowi tersebut dipicu oleh sejumlah indikator, salah satu pemicunya adalah pemberian bantuan kepada masyarakat.

Data survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada 20 Januari 2024 misalnya menunjukkan pembagian bantuan kepada masyarakat termasuk bansos menjadi indikator utama yang buat masyarakat puas dengan kinerja Jokowi (30%).

Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan alasan rakyat puas ke Jokowi karena infrastruktur (24,5%) atau murni karena menganggap kinerja Jokowi sudah bagus (18,3%).

Pemberian bantuan, khusus bantuan sosial, memang cukup massif dilakukan oleh Jokowi menjelang coblosan Pilpres 2024. Jokowi bahkan turun langsung membagi-bagikan bansos.

Sebagai presiden, Jokowi rela keluar masuk kampung hingga naik turun wilayah pegunungan untuk menyerahkan bansos ke masyarakat. Suatu pekerjaan yang menurut Jusuf Kalla, seharusnya dilakukan oleh seorang camat.

Aksi Jokowi bagi-bagi bansos ini memicu polemik. Ada tudingan tentang politisasi bansos. Apalagi daerah yang diguyur bansos oleh Jokowi secara langsung adalah kandang banteng, basis pendukung PDIP.

Advertisement

PDIP adalah pendukung Jokowi sejak dari Wali Kota Solo, Gubernur DKI, hingga Presiden RI dua periode. Sayangnya, keduanya pecah kongsi dalam Pilpres 2024. Kabar politisasi bansos ini jelas dibantah oleh kubu Istana.

“Ya, beliau melihat kembali berapa program perlindungan sosial yang sudah dicanangkan sejak periode pertama,” ujar Koordinator Staf Khusus Presiden, Ari Dwipayana awal Januari lalu.

Berita ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “Jokowi Effect di Balik Kemenangan Prabowo-Gibran di Pemilu 2024”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif