Solopos.com, KUPANG — Analis politik dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Mikhael Rajamuda Bataona, menilai putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka saat ini bukan pilihan tepat sebagai pendamping Prabowo Subianto.
Ia menilai, alasan sensitivitas publik soal dinasti politik yang kini tersematkan kepada diri Jokowi.
Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima
“Dalam perspektif konstruksi sosial, pencalonan Gibran Rakabuming Raka bisa menjadi variabel antagonisme politik bagi Prabowo dalam pertarungan elektoral dalam Pilpres 2024 mendatang,” kata Mikhael Bataona di Kupang, Jumat (20/10/2023).
Dia tidak memungkiri bahwa nama Gibran menguat sebagai calon wakil presiden Prabowo Subianto sejak beberapa waktu lalu.
Menurutnya, ketika publik mengkonstruksi Gibran sebagai representasi politik dinasti Jokowi maka resistensi itu akan kuat.
Dan ini tentu saja merugikan citra Jokowi yang sudah begitu positip dengan approval rating sangat tinggi, sekaligus juga merugikan Prabowo sebagai capres.
“Dengan meminjam the social construction of reality dari Peter L. Berger, maka citra para politisi, baik Gibran maupun Prabowo adalah hasil konstruksi,” kata Bataona seperti dikutip Solopos.com dari Antara.
Sehingga, lanjut dia, dalam perspektif konstruksi sosial ini pencalonan Gibran bisa menjadi variabel antagonisme politik bagi Prabowo dalam pertarungan elektoral.
Selain itu, bagi pemilih yang juga pendukung Jokowi, Gibran bukanlah Jokowi.
Meskipun ada semacam asosiasi politik yang menyamakan figur Gibran dan Jokowi, tetapi publik umumnya menolak adanya oligraki dan dinasti politik.
“Dalam perspektif rasionalitas politik publik inilah saya rasa Gibran akan mendapat resistensi, karena rasionalitas publiklah yang akan menjadi penolak pencalonan Gibran,” kata Bataona.
Dia mengatakan bukan karena publik menolak Gibran tapi karena mereka sangat menghormati Jokowi.
Mereka ingin citra Jokowi terjaga. Mereka menolak jika Jokowi dicitrakan negatif hanya karena Pilpres ini.
Dia menambahkan, sebagai figur capres berpengalaman, Prabowo perlu menghitung ini secara cermat dan detail karena ada urusan sentimentalitas masa pendukung Anies dan Prabowo yang perlu dijaga dan dirawat untuk kepentingan Pilpres putaran kedua.