SOLOPOS.COM - Cak Nun di sebuah acara. (Istimewa/Instagram caknundotcom)

Solopos.com, SOLO Emha Ainun Nadjib atau akrab dipanggil dengan Cak Nun disebut sebagai manusia multi-dimensi karena bidang yang dikuasainya sangat beragam. Cak Nun dikenal sebagai sastrawan, budayawan, seniman, cendekiawan, aktivis, bahkan kiai.

Sosok Cak Nun banyak memberikan inspirasi bagi masyarakat. Kisah kehidupannya dibaca dan dikagumi oleh banyak orang. Sebagai pemikir, Cak Nun banyak menuangkan isi pemikirannya melalui tulisan dan karya yang lain seperti teater. Karyanya banyak dinikmati oleh penggemar maupun masyarakat biasa. Berikut fakta-fakta menarik mengenai Cak Nun.

Promosi Kisah Inspiratif Ibru, Desa BRILian Paling Inovatif dan Digitalisasi Terbaik

1. Dipanggil ‘Mbah Nun’

Selain panggilannya, Cak Nun juga kerap disapa dengan panggilan ‘Mbah Nun’. Dilansir dari caknun.com yang diakses pada Jumat (7/7/2023), awal mula panggilan ‘Mbah Nun’ ini akibat seorang MC yang memandu jalannya suatu acara di Pondok Pesantren Al-Muttaqin Pancasila Sakti Klaten memanggilnya dengan sapaan ‘Cak Nun’ pada saat mempersilakan Cak Nun yang saat itu diundang untuk mengisi Mauidhoh Hasanah.

KH. Muslim Rifai Imampuro atau dikenal sebagai ‘Mbah Lim Klaten’ yang merupakan pendiri pesantren tersebut berdiri dan menghampiri MC dan memintanya untuk mengganti sebutan ‘Cak Nun’ menjadi ‘Mbah Nun’.

2. Pernah Aktif sebagai Wartawan

Selain menjadi pemuka agama, Cak Nun juga dikenal sebagai penulis yang aktif. Dilansir dari berbagai sumber, Cak Nun pernah aktif di dunia jurnalistik sebagai wartawan selama 5 tahun, yaitu pada 1970 sampai 1975. Pada saat itu Cak Nun menjadi wartawan serta redaktur beberapa rubrik di Harian Masa Kini Yogyakarta.

3. Pernah Tergabung dalam ICMI

Meskipun tidak merampungkan kuliahnya, Cak Nun dianggap sebagai salah satu cendekiawan di Indonesia karena luasnya wawasan dan analisisnya yang tajam. Dilansir dari berbagai sumber, Cak Nun pernah tergabung dalam kepengurusan ICMI (Ikatann Cendekiawan Muslim Indonesia) yang dibuat oleh B.J. Habibie di usianya yang belum genap 40 tahun.

Cak Nun memutuskan keluar dari ICMI setelah 2 bulan tergabung karena ICMI tidak  bisa menyelesaikan janjinya yang akan menyelesaikan masalah pada Waduk Kedungombo pada saat itu.

4. “Ora dadi presiden, ora patheken.”

Pada akhir kepemimpinan Soeharto sebagai presiden Indonesia, Cak Nun diundang ke Istana Merdeka sebagai juru bicara. Pada pertemuan itu, Soeharto mengatakan bahwa ia kapok menjadi presiden yang lalu ditimpali oleh Cak Nun dengan kalimat “Ora dadi presiden, ora patheken” yang artinya “tidak jadi presiden, tidak apa-apa.”

5. Bergabung dengan Kelompok Teater

Pada 1977, Cak Nun bergabung dengan kelompok Teater Dinasti. Selama kebersamaannya dengan Teater Dinasti ini, Cak Nun aktif mementaskan puisi yang mengangkat masalah sosial. Dalam pementasan puisinya, Cak Nun banyak dibicarakan oleh pengamat keseniannya karena diiringi dengan alunan gamelan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya