SOLOPOS.COM - Ilustrasi perdagangan cabai. (Solopos/JIBI/Dok.)

Kenaikan harga cabai di pasaran mendapat respons dari YLKI.

Solopos.com, JAKARTA — Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mendesak pemerintah mengusut penyebab melonjaknya harga cabai di pasar, sekaligus menyiapkan jalan keluar permanen dari persoalan fluktuasi harga kebutuhan masyarakat.

Promosi Aset Kelolaan Wealth Management BRI Tumbuh 21% pada Kuartal I 2024

YLKI dalam pernyataan resmi yang dikutip Bisnis/JIBI, Jumat (13/1/2017), menyatakan penaikan harga cabai hingga Rp150.000 sudah tidak masuk akal. Pemerintah tidak boleh menyalahkan cuaca dan gagal panen di sejumlah daerah dalam persoalan harga kebutuhan masyarakat.

“Pemerintah tidak boleh menyerah dan hanya menyalahkan cuaca. Pemerintah dan KPPU harus melakukan pengusutan dan penyidikan yang mengarah sebagai tindak pidana ekonomi,” demikian isi keterangan resmi YLKI.

YLKI menduga lonjakan harga cabai disebabkan oleh pihak-pihak tertentu yang ingin memengaruhi pasar. Oknum tersebut ditengarai mengganggu jalur distribusi cabai dengan berbagai cara, seperti penimbunan dan kartel oleh pedagang besar.

Menurut YLIKI, pemerintah tidak boleh membiarkan persoalan tersebut berlalu begitu saja, dan harus mampu mengendalikan harga barang kebutuhan masyarakat di pasar.

“Fenomena ini tidak boleh dibuatkan tanpa tindakan dan menyerah begitu saja kepada pasar,” beber YLKI.

Pemerintah sendiri meyakini harga cabai di pasar akan segera turun dan kembali stabil sejalan dengan dikeluarkannya pasokan dari sentra produksi. Kementerian Pertanian telah bekerja sama dengan Bulog untuk menyalurkan cabai, termasuk cabai rawit merah langsung dari sentra produksi. Kementerian Pertanian juga mengklaim produksi cabai saat ini sebenarnya surplus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya