SOLOPOS.COM - Asap tebal dari tembakan artileri di Kobani, dekat perbatasan Suriah-Turki. Foto diambil dari Mursitpinar, perbatasan Turki. (JIBI/Solopos/Reuters/Umit Bektas)

WNI hilang di Turki masih dicari keberadaannya. Ke-16 orang, termasuk 4 dari Gajahan, Solo, itu sedang diselidiki kemungkinan terlibat dengan ISIS.

Solopos.com, JAKARTA — Kasus hilangnya 16 WNI di Istanbul, Turki, menjadi kasus pertama yang terjadi. Keberadaan mereka menjadi misterius lantaran Turki saat ini menjadi perlintasan bagi warga berbagai negara yang hendak bergabung dengan basis ISIS di Suriah.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Menurut Konsul Jenderal Indonesia di Istanbul, Abdullah Hariadi Kusumaningprang, awalnya, ke-16 WNI yang sebagian besar berasal dari Surabaya dan Solo itu datang ke Turki sebagai turis. Empat di antaranya diketahui merupakan warga Kelurahan Gajahan, Solo. Mereka terbang ke Istanbul melalui biro perjalanan Smailing Tour dan tiba di Istanbul pada Rabu (25/2/2015) lalu.

“Ceritanya ada serombongan turis tiba pada 25 Februari pagi waktu Istanbul, mendarat di Bandara Attaturk. Kemudian ada 16 orang yang minta izin untuk memisahkan diri karena kepetingan keluarga, [mereka bilang] kemudian bergabung akan lagi,” kata Abdullah Hariadi via telepon yang ditayangkan TV One, Sabtu (7/3/2015) sore.

Namun keesokan harinya, Kamis (26/2/2015), saat petugas biro perjalanan menelepon 16 orang ini, mereka mengatakan urusan keluarga belum selesai. Setelah itu, ketua rombongan tak bisa lagi melakukan kontak dengan 16 orang itu karena panggilan telepon tidak diangkat.

“Kemudian KJRI Istanbul melakukan koordinasi. Untuk memastikan mereka bergabung atau tidak [dengan rombongan biro perjalanan], pada Selasa (3/3/2015) malam, KJRI berada di Bandara Attaturk Istambul untuk memonitor batas akhir waktu check in pukul 23.30 malam. Mereka tidak ada.”

Tujuan rombongan tur wisata ini memang bukan hanya ke Istambul, melainkan ke kota-kota lain di Turki. Hingga saat ini memang belum ada keterangan pasti apakah hilangnya ke-16 orang ini terkait dengan militan ISIS atau tidak.

“Sejauh ini belum dapat konfirmasi, kemungkinan masih di Turki. Di antara mereka ada yang berusia 2,5 tahun tiga orang, ada anak-anak empat orang, remaja satu orang, yang dewasa delapan orang,” kata Abdullah Hariadi.

Turki memang menjadi tempat masuknya orang-orang dari berbagai negara untuk mengakses daerah konflik di Suriah utara yang dikuasai ISIS. Mereka bisa masuk lewat Istanbul sebelum menuju Gaziantep, kota di tenggara Turki dekat perbatasan Suriah.

Kepala BIN, Marciano Norman, mengatakan penggunaan biro perjalanan menjadi modus baru bagi WNI untuk yang ingin bergabung dengan teroris di luar negeri.

“Kami sudah meminta bantuan kepada Kepolisian dan Badan Intelijen Turki untuk mencari 16 orang WNI ini, tetapi kami belum berani simpulkan apakah mereka bergabung dengan ISIS [Islamic State of Iraq Syria],” katanya di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (4/2).

Marciano Norman menuturkan modus serupa pernah digunakan oleh para terduga teroris untuk keluar dari Indonesia, dan bergabung dengan organisasi teroris internasional. Saat itu, pelaku banyak yang memanfaatkan jasa perjalanan umrah, dan penyaluran tenaga kerja Indonesia.

Menurutnya, BIN telah memiliki data tentang WNI yang bergabung dengan ISIS, dan akan terus diperbaharui melalui informasi yang masuk. Dengan begitu, pemerintah dapat mencegah perkembangan gerakan terorisme di dalam negeri. “Kami juga sudah mengetahui biro perjalanannya, dan kami akan terus dalami ini karena menjadi modus baru,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya