SOLOPOS.COM - Pemandangan Kota Seoul dan pohon sakura dari atas Menara Namsan Seoul, Seoul, Korea Selatan. Foto diambil April 2016. (Hanifah Kusumastuti/JIBI/Solopos)

Wisata Korea Selatan selalu menawarkan keistimewaan. Wartawan Solopos Hanifah Kusumastuti melaporkannya:

Solopos.com, SEOUL — “Ah…Korea”. Begitu gumam saya ketika salah seorang sahabat mengajak berkunjung ke Negeri Ginseng pada pertengahan 2015 lalu. Maklum, saya bukan penggemar fanatik drama Korea atau penganut K-Pop.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Wartawan Solopos Hanifah K (dua dari kanan) dan sahabatnya, Aning Jati, foto bersama dengan warga Seoul yang mengenakan baju tradisional Korea Selatan, Hanbok, di Istana Gyeongbokgung, Seoul, Korea Selatan. Foto diambil April lalu. (Istimewa)

Wartawan Solopos Hanifah K (dua dari kanan) dan sahabatnya, Aning Jati, foto bersama dengan warga Seoul yang mengenakan baju tradisional Korea Selatan, Hanbok, di Istana Gyeongbokgung, Seoul, Korea Selatan. Foto diambil April lalu. (Istimewa)

Namun begitu mengetahui alasan sahabat saya ingin pergi ke Korea Selatan untuk melihat Sakura alias Cherry Blossom, entah kenapa tiba-tiba saya menjadi sangat tertarik ikut berpetualang bersamanya ke negara yang berbatasan dengan Korea Utara itu.

Saya langsung mulai mencari informasi tentang kota-kota di negara yang terletak di Asia Timur ini. Salah satunya tentu saja Seoul, ibu kota negara tersebut. Tidak begitu sulit mencari seluk-beluk, kondisi, dan ada apa saja di Seoul. Banyak situs yang memberikan informasi secara lengkap tentang Seoul dan apa yang sedang happening di sana.

Seperti Visit Seoul (visitseoul.net) dan Visit Korea yang disediakan Kota Seoul dan Korean Tourism Organization. Selain itu, biar tidak kesasar, wisatawan bisa mendownload aplikasi i Tour Seoul dan Visit Korea pada smartphone.

Melihat informasi yang saya kumpulkan dari dunia maya, saya mulai penasaran dengan Korea. Tujuannya tidak lagi karena ingin menyaksikan Sakura namun sekaligus mengenal lebih dekat budaya dan tradisi di sana.

Saya akhirnya mengadakan perjalanan ke Korea selama sekitar enam hari bersama sahabat saya tersebut pada April 2016, tepatnya pada musim semi tahun ini. Setelah menjalani penerbangan selama sekitar delapan jam yang melelahkan, kami mendarat di Bandara Incheon, 12 April pagi waktu setempat. Tak mau banyak menunda waktu, kami langsung naik kereta menuju Seoul.

Baru sekitar satu kilometer dari Bandara Incheon, saya dan sahabat saya tersenyum semringah saat melihat berderet Pohon Sakura dari kaca jendela kereta yang kami tumpangi. Jumlahnya memang tidak banyak, sekitar sepuluh pohon dan terpencar-pencar.

Kegirangan

Bunga sakura mekar dari sebuah pohon yang terletak di tepi Seokchon Lake, Seoul Korea. (Hanifah K/JIBI/Solopos)

Bunga sakura mekar dari sebuah pohon yang terletak di tepi Seokchon Lake, Seoul Korea. (Hanifah K/JIBI/Solopos)

Itu pun hanya bisa dilihat dari kejauhan. Tapi pemandangan Sakura dari dalam kereta itu sudah membuat kami nyaris melompat di tengah-tengah banyaknya penumpang.

Sampai di Seoul, kami menaruh barang bawaan di hotel kami menginap. Hanya sekadar mandi dan bersih-bersih badan, kami langsung menuju destinasi pertama berburu Sakura di Seokchon Lake. Mata saya langsung dimanjakan dengan berderet Pohon Sakura yang mengelilingi danau.

Jenis dan warnanya bermacam-macam, putih seperti kertas, pink, hingga kemerah-merahan. Mengitari danau yang hampir tiga kilometer jadi tak terasa dengan pemandangan Pohon Sakura di sisi kiri dan kanan.

Masih pada hari yang sama, kami mengujungi Iwha-dong Mural Village. Letaknya di daratan tinggi Seoul. Selain bisa melihat Sakura, saya dibuat takjub dengan kreasi mural di dinding rumah, gang-gang, dan tangga. Bentuknya sangat unik-unik, seperti sayap malaikat, bunga, dan bintang dalam ukuran besar. Langsung saya megeluarkan kamera dari tas dan berselfie. One, Two, Three…Cheers…

Di sekitarnya juga terdapat cafe-cafe mungil dan unik dengan para pemilik dan pegawai yang ramah. Selalu mengumbar senyum. Saya dan sahabat saya sungguh beruntung, sebab beberapa bulan setelah pulang dari Korea kami mendengar mural di sana sudah dihapus karena lokasinya tidak dijadikan tempat wisata.

Bulgogi

Hari berikutnya kami berkunjung ke Istana Gyeongbokgung. Sebelumnya, kami menyempatkan dulu sarapan di sebuah tempat makan yang menyediakan menu khas Korea seperti Bulgogi (daging panggang yang diasinkan) hingga Bibimbap (nasi yang direbus dengan sayuran).

Oh iya, karena saya seorang muslim maka saya harus memilih makanan yang halal. Untuk informasi itu, kita bisa mendownload aplikasi Halla Korea pada smartphone . Aplikasi ini bukan sekadar menunjukkan restra-restoran yang bersertifikat halal, tapi sekaligus menunjukkan waktu shalat lima waktu dan tempat-tempat ibadah sejenis mushola bagi wisatawan muslim.

Saya dan rekan saya kemudian melanjutkan perjalanan ke Menara Namsan Seoul. Dari puncak menara dengan ketinggian 236 meter ini, saya bisa melihat Pohon Sakura yang sedang berbunga di sertai pemandangan Kota Seoul.

Pada hari terakhir di Seoul, saya dan teman saya menyempatkan hangout di Sungai Hangang. Ditemani dengan dua teman asal Indonesia yang bekerja di Korea, kami menikmati desiran angin dari sungai yang membelah Kota Seoul itu. Tanpa terasa, tangan saya mulai terasa membeku. Maklum cuaca di wilayah itu menunjukkan sekitar 10 derajat celcius.

Saya dan teman-teman langsung mencari cafe dekat Sungai Hangang. Sambil menyeruput kopi hangat, kami memandang senja yang kemerah-kemerahan di langit Seoul. Ah, indahnya. Seperti jargon kota ini, I Seoul U, Seoul Belongs to You and I. Saya pun kembali bergumam. “Suatu hari saya ingin kembali ke kota itu lagi…”.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya