SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta (Solopos.com)–Ketua Umum DPP Partai Hanura, H Wiranto mengatakan dia dan partainya belum mau terjebak pada urusan Capres-mencapreskan.

“Ini seakan kita berorientasi (hanya pada) kekuasaan, lalu mengingkari misi kerakyatan partai kami,” tandasnya kepada pers di Jakarta, Sabtu (23/4/2011).

Promosi Dirut BRI dan CEO Microsoft Bahas Akselerasi Inklusi Keuangan di Indonesia

Wiranto menyatakan itu usai memberi pengarahan pada Pembukaan Rapat Pemantapan Program Pemenangan Pemilu DPP Partai Hanura yang digelar Bappilu partai tersebut.

Menjawab pertanyaan tentang wacana calon presiden (Capres) independen -karena faktor merosotnya kepercayaan publik terhadap Capres Parpol-, Wiranto pun terkesan tidak mau berkomentar lebih.

“Capres independen?” terserah. Tetapi, ini berarti kita terjebak lagi pada merombak-rombak sistem. Janganlah kita terbiasa terburu-buru mencari jalan keluar, jadi hanya ingin menjawab sesuatu karena ada kekecewaan. Ini tak benar dalam berdemokrasi yang sesuai konstitusi,” tandasnya.

Sebaiknya, menurut dia, sistemnya diperkuat dulu dan diperbaiki aplikasinya, lalu disempurnakan pada proses berdemokrasinya.

“Apa kita mau terus amandemen lagi (UUD)?,” tanyanya

Soal kutu loncat

Sementara itu, mengenai fenomena “kutu loncat”, Wiranto mengatakan pada partai-partai berbasis ideologi, tindakan ini benar-benar tabu, memalukan dan haram.

“Karena ini soal ideologi (dulu). Tetapi kan ini agaknya berubah, terutama di era kebebasan pasca reformasi, di mana partai tak berbasis ideologi, tapi pragmatis,” ungkapnya.

Makanya, imbuh dia, hanya untuk mendapatkan kekuasaan atau mempertahankan “power”-nya, seseorang bisa pindah partai.

“Jadi, demi kekuasaan, untuk kepentingan sesaat, kepentingan pribadi, bukan ideologi dan hati nurani (rakyat). Hanya karena alasan pragamatis, tujuan singkat, kepentingan pribadi,” ujarnya.

Bagi Wiranto, dengan kondisi saat ini, “oke-oke” sajalah itu terjadi.

“Tetapi yang tidak bagus, jika hanya untuk mengamankan Tipikor, dia pindah. Ini janganlah. Dan kalau sudah ada yang terlanjur karena itu, jangan lagi,” tegasnya.

Tommy dirikan Parpol

Wiranto menambahkan tidak mudah memang masuk kancah politik dengan hanya bermodal hati nurani saat ini.

“Tetapi saya yakin seyakin-yakinnya, berpolitik harus pakai moral, hati nurani, kendati kenyataannya sering berhadapan dengan soal bahwa dalam politik, hanya kepentingan yang abadi. Juga ada sikap halalkan segala cara dan lain-lain. Tapi semua itu kan adagium yang tak mutlak,” ujarnya.

Ia bermimpi jika politisi gunakan hati nurani, begitu juga para pejabat politik, alangkah indahnya negeri ini.

“Tak perlu KPK, karena ‘KPK’-nya ada dalam hati nuraninya. Tak butuh Satgas Mafia Hukum. Karena ‘Satgasnya’ ada di hati. Partai Hanura ‘pingin bangun yang begini ini,” tegasnya.

Menanggapi rencana Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto) mendeklarasikan partai baru pada Juni nanti, ia menuturkan, silahkan saja.

“Memang tidak mudah (mendirikan partai). Tetapi, jika itu untuk memperbaiki citra politisi, ‘oke ‘aja. Bukan sebaliknya, menambah ruwet kemarakan politik di era demokrasi yang bebas begini,” tandas Wiranto lagi.

(Antara/nad)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya