SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Logo FPI (islampos.com)Solopos.com, SUKOHARJO — Front Pembela Islam (FPI) Jawa Tengah tak gentar dengan reaksi sejumlah tokoh politik dan masyarakat yang meminta organisasi kemasyarakatan (ormas) itu dibubarkan pascakerusuhan di Kendal, Kamis (18/7/2013). Pernyataan itu dikemukakan Ketua FPI Solo, Choirul Rus Suparjo, saat ditemui wartawan di kediamannya, kawasan Solo Baru, Grogol, Sukoharjo, Rabu (24/7/2013).

Menurut dia, semangat amar ma’ruf nahi munkar akan tetap dilanjutkan meskipun dalam kemasan ormas dengan nama berbeda. “Kami sangat menyesalkan pernyataan dari SBY dan beberapa tokoh politik yang tidak mengetahui kronologi kejadian di Kendal. Kami tetap akan berjuang. Kalau dibubarkan, satu jam kemudian pasti akan terbentuk ormas baru dengan orang-orang dan semangat yang sama,” ujar Choirul.

Promosi Kirana Plus, Asuransi Proteksi Jiwa Inovasi Layanan Terbaru BRI dan BRI Life

Ia menegaskan dalam kejadian di Kendal, FPI hanya melakukan monitoring simpatik. Ia juga mengaku anggota FPI justru terlebih dahulu diserang preman dalam bentrokan yang terjadi di Kendal, Kamis itu.

Terkait korban meninggal dunia akibat terseret mobil anggota FPI, Choirul mengatakan organisasinya akan bertanggung jawab mengurus dua orang anak yang orang tuanya meninggal dunia akibat insiden Kendal tersebut. FPI berkomitmen untuk memberikan santunan senilai Rp500.000/bulan ke masing-masing anak untuk biaya hidup.

Mereka, tegas dia, bahkan bisa bersekolah hingga jenjang S1. “Kami akan bertanggung jawab atas kematian korban di Kendal. Kami akan memberikan santunan dan menyekolahkan hingga S1,” jelas Choirul yang Rabu kemarin menjadi tuan rumah acara buka puasa bersama FPI Jateng di Masjid At Taubah Solo Baru.

Agenda tersebut, menurut dia, dihadiri perwakilan dari seluruh anggota FPI kabupaten/kota di Jawa Tengah. Masing-masing kabupaten/kota mengirimkan dua wakilnya. Agenda ini sekaligus menjadi ajang konsolidasi dan penegasan sikap pasca bentrok FPI dan preman di Kendal. Bentrokan yang terjadi antara FPI dengan preman itu juga telah memancing berbagai komentar dan sikap dari tokoh politik dan tokoh agama dan masyarakat. Mereka meminta FPI untuk dibubarkan.

“Kami tidak takut dibubarkan, bubarkan saja. Kami akan membuat ormas lain dengan nama berbeda tetap dengan semangat amar ma’ruf nahi munkar yang sama,” tukasnya. Ia juga membantah kronologi kejadian yang disebarluaskan melalui media massa. Ia mengatakan anggota FPI dikepung oleh preman. Akibatnya, anggota yang mengendarai mobil itu panik kemudian menabrak warga sipil yang mengendarai sepeda motor.

Choirul menegaskan selama ini pihaknya tidak pernah melakukan aksi sweeping. Ia mengaku menjalankan monitoring dengan prosedur yang jelas. “Kami tidak pernah sweeping. Kami hanya monitoring. Sudah jelas bahwa jika ada kemunkaran kami harus turun, kalau bisa melawan dengan tangan ya pakai tangai, pakai dokar atau bicara. Kami tidak ada sweeping, kami biasanya juga langsung menyerahkan ke polisi,” ungkapnya.

Choirul kembali menegaskan FPI tidak akan gentar kendati diancam dibubarkan oleh sebagian pihak. Mereka merasa benar karena menjalankan tugas nahi munkar. Selain itu, pendirian ormas baru juga dinilai tidak menentang Undang-Undang Ormas yang berlaku. “Mau dibubarkan tidak masalah. Ini perkara keyakinan, kami akan jalan sendiri langsung turun ke rakyat membasmi kemaksiatan,” jelasnya.

Ia juga mengaku tidak akan membiarkan kemaksiatan terjadi. Kendati saat ini FPI lebih sering dipojokkan kemaksiatan tetap akan dibasmi. Apalagi, FPI Kendal juga mengklaim telah menyerahkan oknum pemain togel kepada polisi. Ia juga membantah jika FPI dinilai melakukan tindakan main hakim sendiri. Ia mengaku tindakan di lapangan sudah memakai prosedur luar biasa. Pihaknya mengaku sudah melakukan investigasi sebelum terjun ke lapangan.

“Seperti pelacuran di Solo. Kami sudah mampu menutup 12 lokalisasi. Sebelumnya ada investigasi satu tahun untuk menutup itu,” ucapnya.

Choirul mengaku sikap FPI ini sebenarnya membantu kinerja polisi. Pernyataan yang ia sampaikan ini sekaligus mewakili sikap FPI Jawa Tengah yang sore itu melakukan agenda buka bersama. “Hukum yang ada di Indonesia ini hukum negatif karena buatan manusia. Hukum yang harus ditegakkan itu hukum Allah Taala,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya