SOLOPOS.COM - Bakal calon presiden Ganjar Pranowo (tengah) menyapa pendukungnya usai menyampaikan pidato dalam Temu Kebangsaan Relawan Ganjar di Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (22/8/2023). Kegiatan yang dihadiri relawan dari kalangan partai maupun nonpartai tersebut bertujuan mendukung pemenangan Ganjar Pranowo sebagai Presiden Indonesia periode 2024-2029. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/aww.

Solopos.com, JAKARTA – Pengamat politik Iqbal Themi menyatakan wacana duet Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan pada Pemilu 2024 menjadi solusi konsolidasi nasional dan mengakhiri keterbelahan politik di akar rumput.

“Dari perspektif persatuan nasional, bisa mengakhiri keterbelahan politik yang saling berdiametral antara kelompok nasionalis dan Islam sejak Pilkada 2017, Pilpres 2019, hingga saat ini riak-riaknya masih terasa di akar rumput,” kata Iqbal Themi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (24/8/2023) seperti dilansir Antara.

Promosi Tanggap Bencana Banjir, BRI Peduli Beri Bantuan bagi Warga Terdampak di Demak

Direktur SCL Taktika Konsultan menjelaskan wacana penyatuan Ganjar-Anies bisa menjadi jalan tengah sekaligus solusi konsolidasi nasional untuk membicarakan kepentingan politik kebangsaan yang lebih besar.

“Pascapandemi Indonesia masih terus membutuhkan upaya percepatan pertumbuhan ekonomi. Di titik ini konsolidasi nasional, yakni persatuan elite hingga rakyat menjadi kunci utama,” katanya menegaskan.

Magister Ilmu Politik Universitas Indonesia ini mengatakan bahwa bakal calon presiden Prabowo Subianto sudah diusung oleh partai politik berhaluan nasionalis dan religius. Apabila duet Ganjar-Anies terjadi, dua kontestan Pilpres 2024 sama-sama didukung oleh kelompok nasionalis dan religius.

“Tidak ada lagi isu-isu yang mengancam keterbelahan, sebagai satu bangsa, yang menjadi alat saling serang antarlawan politik,” katanya.

Iqbal Themi juga mengingatkan wacana menduetkan Ganjar-Anies secara politik lebih banyak jalan terjalnya. Pertama, apakah Anies sendiri mau tiba-tiba menjadi calon wakil presiden (cawapres), sementara saat ini Anies sendiri sudah berkeliling mengenalkan diri hendak menjadi capres pada Pilpres 2024.

Kedua, penolakan Demokrat dan PKS perlu menjadi perhatian serius bagi Anies dan NasDem. Selain kedua partai ini akan merasa dikhianati, perpecahan koalisi perubahan di pertengahan jalan seperti ini efeknya disinsentif elektoral bagi Anies.

Jalan terjal berikutnya, kelompok Islam yang selama ini menjadi tulang punggung pendukung Anies, yang secara arah politik menginginkan perubahan, mayoritas akan kecewa dan meninggalkan Anies jika benar-benar mantan Gubernur DKI Jakarta ini pada akhirnya menjadi cawapres dari Ganjar.

Meski demikian, potensi duet Ganjar-Anies ini terealisasi mungkin saja bila antar-king maker, yakni Megawati, Surya Paloh, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan Salim Assegaf, menemui titik temu yang saling membuat senang.

“Kalau dipersentasekan, kemungkinan Ganjar-Anies terwujud sepertinya kecil,” ujarnya.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, di Kota Jogja, Selasa (22/8/2023) juga mengomentasi wacana itu.

Hasto menyampaikan telah meminta pandangan Megawati terkait duet Ganjar dengan Anies yang sebelumnya dilontarkan oleh Ketua DPP PDIP Said Abdullah tersebut. Anies Baswedan merupakan bacapres dari Koalisi Perubahan yang diusung tiga partai politik, yaitu Partai Demokrat, Partai NasDem, dan PKS.

“Jadi itu disampaikan oleh Pak Said, tetapi tadi saya juga meminta penjelasan Ibu ketua umum bahwa itu adalah ranah dari ibu ketua umum dan sampai saat ini belum diputuskan siapa yang akan mendampingi Pak Ganjar Pranowo,” kata dia yang dikutip dari Antara.

Hasto mengatakan sosok yang akan menjadi calon wakil presiden mendampingi Ganjar tidak hanya ditentukan berdasarkan tingkat elektoral semata, melainkan dilihat kemampuan teknokratiknya pula.

“Kesesuaian terhadap ideologi, sejarah perjuangan bangsa, pemahaman terhadap komitmen fakir miskin dan anak telantar dipelihara negara, itu menjadi suatu hal yang sangat penting,” ujar Hasto.

Tidak kalah penting, menurut dia, pendamping Ganjar harus dipastikan memiliki komitmen kuat terhadap keberagaman demi persatuan Indonesia.

“Tidak punya rekam jejak yang bertentangan dengan prinsip-prinsip tersebut itu,” kata dia.

Sementara itu, saat ditanya soal kesesuaian karakter Anies Baswedan mendapingi Ganjar, Hasto menegaskan bahwa hal tersebut nantinya akan disampaikan oleh Megawati.

“Akan disampaikan oleh ibu ketua umum setelah berdialog dengan ketua umum partai lain pada momentum yang tepat,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya