SOLOPOS.COM - Tentara Amerika Serikat berlatih menggunakan pakaian khusus yang berfungsi melindungi diri dari virus ebola, Kamis (9/10/2014), di Fort Campbell, Kentucky, Amerika Serikat (AS). Mereka diterjunkan ke Afrika Barat dalam upaya memerangi penyakit ebola. (JIBI/Solopos/Reuters)

Solopos.com, NEW YORK – Para pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan persebaran virus ebola saat ini merupakan tantangan yang tak pernah ada sebelumnya karena virus tersebut telah berada jauh di depan reaksi global.

“Dunia tak pernah menyaksikan sesuatu yang seperti itu. Waktu adalah musuh kita. Virus tersebut berada jauh di depan kita,” kata Anthony Banbury, Kepala Misi PBB bagi Reaksi Tanggap Darurat Ebola (UNMEER), di Markas PBB, New York, seperti dilaporkan Xinhua, Sabtu (11/10/2014).

Promosi Kredit BRI Tembus Rp1.308,65 Triliun, Mayoritas untuk UMKM

Dengan menekankan krisis Ebola memiliki dampak sangat besar di negara yang terpengaruh, yakni Liberia, Guinea, dan Sierra Leone, Banbury menyatakan praktik kebudayaan dan sosial tradisional di semua negara itu harus berusaha keras untuk memerangi penyakit tersebut sebab banyak warga lokal masih menganggap ebola itu tidak nyata.

Namun ia juga memberitahu para pejabat dalam pertemuan tersebut bahwa UNMEER berusaha merancang metode yang dapat diterima masyarakat untuk menangani penyakit itu. Tim tersebut, katanya, mengerahkan sumber daya ke tempat paling diperlukan untuk mengisi jurang pemisah dan mendukung orang yang memerlukan pertolongan.

“Kita terlambat, tapi tidak terlalu terlambat untuk memerangi penyakit itu dan menang dalam pertempuran,” katanya.

Banbury menyerukan dilancarkan aksi segera dunia, sebab UNMEER, sebagaimana dijelaskannya, tak bisa berjuang sendirian dan ia mengatakan masih banyak yang perlu dilakukan termasuk memperkokoh pusat perawatan dan laboratorium diagnostik di lapangan, meningkatkan dukungan keuangan buat lembaga bantuan, dan pengaturan untuk mengobati dan mengungsikan pekerja yang menangani penyakit tersebut.

Sam Kutesa, Presiden Pertemuan Ke-69 Sidang Majelis Umum PBB, juga mendesak masyarakat internasional agar menepati janji untuk memberi dukungan dan mewujudkan penyelesaian yang inovatif tapi praktis guna mengendalikan penyebaran ebola.

“Bahkan dari negara anggota yang sudah memberi sumbangan, masih banyak yang diperlukan,” kata dia.

Menurut data PBB yang disiarkan pada 8 Oktober, lebih dari 8.000 orang dipercaya atau diduga telah terinfeksi, dan lebih dari 3.300 orang telah meninggal sejak wabah ebola dikonfirmasi pada Maret lalu.

Virus itu ditularkan melalui kontak langsung dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi. Sejauh ini, tak ada obat atau vaksin yang disetujui buat penyakit tersebut. Tanda awal penyakit mematikan tersebut meliputi demam, sakit kepala, muntah, dan diare.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya