SOLOPOS.COM - Atraksi kesenian Barongsai di SD Warga, Sudiroprajan, Jebres, Solo, Kamis (19/1/2023). Kegiatan yang diadakan oleh SD Warga dalam rangka menyambut Tahun Baru Imlek 2574 dimeriahkan dengan atraksi barongsai dari Tripusaka serta pelepasan burung pipit. (Solopos/Putut Hartanto)

Solopos.com, SOLO—SD Warga Solo merayakan Imlek di halaman sekolah setelah vakum selama dua tahun akibat pandemi, Kamis (19/1/2023). Acara juga dimeriahkan berbagai pertunjukan seni dari siswa.

Pada perayaan imlek kali ini SD Warga menghadirkan atraksi barongsai dari Tripusaka Solo. Sebelumnya, terdapat pelepasan burung pipit di halaman sekolah.

Promosi Usaha Endog Lewo Garut Sukses Dongkrak Produksi Berkat BRI KlasterkuHidupku

“Dari rohaniwan memaknainya sebagai refleksi kalau kita harus menyatu dengan alam,” kata Kepala Sekolah SD Warga Solo, Tri Agus Suryanto, kepada Solopos.com, Kamis (19/1/2023).

Selain itu, pelepasan burung pipit itu juga memiliki makna melepaskan aura negatif 2023. “Tapi kami dari SD Warga juga memaknai kalau kita sedang memprogramkan tahun ekspos. Jadi kita sedang memprogramkan tahun ini SD Warga terekspos prestasinya,” imbuh dia. 

Ada pula penampilan yang dimeriahkan dari siswa SD Warga. “Itu bagian dari penggalian potensi minat bakat anak di bidang seni,” katanya.

Yang ditampilkan dalam pentas seni pun bernuansa budaya Tionghoa. “Karena ini perayaan Imlek, jadi nyanyi ya bahasa mandarin, ada wushu, ada fashion dengan pakaian tong sam,” tambah dia.

Acara perayaan Imlek di SD Warga akhirnya menjadi perpaduan antara kegiatan sekolah dan budaya Tionghoa. “Yang mana memang untuk menjaga toleransi,” kata dia. 

Perayaan imlek dilatarbelakangi oleh sejarah SD Warga yang sudah berusia satu abad lebih. SD tertua di Solo itu sudah berdiri sejak 1904. Pada awalnya sekolah ini dulu bernama Tiong Hoa Hwee Kwan. “118 tahun lalu, ini satu-satunya sekolah Tionghoa,” katanya

Namun, karena kebijakan pemerintah Orde Baru (Orba) yang mengharuskan unsur Tionghoa dinasionalisasi. “Dari situ nama Tionghoa Wefan berubah nama jadi SD Warga,” imbuh dia. 

Sekarang, kata dia, SD Warga bukan lagi sekolah Tionghoa melainkan sekolah nasional. Hal mengharuskan untuk menerima berbagai macam suku, agama, dan budaya.

“Begitu juga agama, kita harus membawahi semua agama, ada [siswa] yang agamanya beragam, ada Islam, ada Kristen, ada Katolik, ada Konghucu,” katanya

Perayaan Imlek di SD Warga ini baru kali pertama digelar setelah dua tahun vakum akibat pandemi. “PPKM dicabut akhirnya kita adakan pasca pandemi itu perayaan Imlek bersama,” kata dia.

Sebelum kegiatan perayaan Imlek, ada serangkaian acara yang mengiringi. Salah satunya adalah lomba memindahkan kacang dengan sumpit. “Itu pesertanya orang tua murid,” kata dia. 

Sedangkan lomba untuk anak terdapat lomba melengkapi gambar kelinci. “Karena kan ini tahun kelinci jadi anak-anak itu menempel bagian-bagian dari kelinci, ada mata, telinga,” katanya. 

Lalu pada Rabu (19/1/203) ada bazar yang diselenggarakan di sekolah. “Itu juga nuansa Imlek,” imbuh dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya