SOLOPOS.COM - Empat guru besar UNS Solo yang akan dikukuhkan pada Selasa (17/10/2023). (Solopos.com/Maymunah Nasution)

Solopos.com, SOLO–Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo menambah empat guru besar baru, salah satunya berusia 37 tahun yang menjadi guru besar termuda dari UNS Solo.

Keempat guru besar tersebut di antaranya Heru Irianto dan Jauhari Syamsiyah dari Fakultas Pertanian, Muhammad Cahyadi dari Fakultas Peternakan, dan Sunny Ummul Firdaus dari Fakultas Hukum.

Promosi BRI Group Berangkatkan 12.173 Orang Mudik Asyik Bersama BUMN 2024

Sekretaris Senat Akademik UNS, Ari Handono Ramelan, mengatakan keempat Guru Besar akan dikukuhkan oleh Rektor UNS, Jamal Wiwoho di Auditorium G. P. H. Haryo Mataram UNS pada Selasa (17/10/2023).

“Guru Besar pertama yang akan dikukuhkan besok adalah Heru Irianto yang merupakan Guru Besar dalam bidang Ilmu Manajemen Pemasaran di Fakultas Pertanian. Dia akan membawakan pidato inaugurasi berjudul Perluasan Pasar Beras Organik untuk Mendukung Peningkatan Konsumsi Dalam Negeri dan Kebijakan Triple Export. Heru merupakan Guru Besar ke-43 FP dan ke-295 UNS,”  ujar Ari di hadapan media, Senin (16/10/2023).

Selanjutnya adalah Jauhari Syamsiyah yang menjadi Guru Besar di bidang Ilmu Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian UNS. Jauhari akan dikukuhkan sebagai Guru Besar ke-44 FP dan ke-296 UNS dengan pidato inaugurasi berjudul Pengelolaan Kesuburan Kimia Tanah dalam Mendukung Pertanian Berkelanjutan.

Guru Besar ketiga adalah Muhammad Cahyadi, yang akan menjadi Guru Besar ke-5 Fakultas Peternakan UNS dan ke-297 UNS yang membidangi Ilmu Bioteknologi Peternakan pada Fakultas Peternakan. Pidato inaugurasinya berjudul Pengembangan Marker Genomik untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan Asal Ternak di Indonesia.

Cahyadi guru besar termuda UNS Solo
Guru besar termuda UNS Solo, Cahyadi. (Solopos.com/Maymunah Nasution)

Guru Besar keempat adalah Sunny Ummul Firdaus, yang membidangi Ilmu Hukum Tata Negara. Sunny akan membawakan pidato inaugurasi berjudul Konstruksi Presidential Treshold Sebagai Open Legal Policy di Indonesia. Sunny juga akan menjadi Guru Besar ke-12 Fakultas Hukum UNS dan ke-298 UNS.

Sementara, Cahyadi menjadi Guru Besar termuda UNS setelah menjadi profesor di usia 37 tahun dan 6 bulan. Dirinya fokus membidangi Bioteknologi Peternakan di UNS.

Cahyadi lahir di Lahat, Sumatra Selatan pada 24 Maret 1986. Dia menempuh jenjang pendidikan kesarjanaan pada jurusan Produksi Ternak Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta selama 4 tahun (2003-2007) lalu melanjutkan Studi Magister di kampus yang sama.

Jenjang pendidikan Doktoralnya diperoleh dari Chungnam National University, Korea Selatan selama 3 tahun dari 2012-2015.

Saat dikukuhkan, Cahyadi mencatat prestasi dengan 29 publikasi artikel di jurnal internasional bereputasi, 37 artikel di prosiding internasional bereputasi, 7 artikel jurnal internasional, 12 artikel di jurnal nasional terakreditasi, 8 artikel prosiding seminar internasional, 1 paten di Korea Selatan dan 1 paten granted. Kesemuanya terangkum dengan indeks Scopus mencapai angka 8.

Prestasi lainnya antara lain Travel Bursary Award dari International Foundation for Animal Genetics (IFAG), Amerika Serikat 2014, Dosen Berprestasi Fakultas Pertanian UNS 2016, First Winner JITAA Award dari Universitas Diponegoro (Undip) 2016, dan Sakura Science Exchange Program dari Japan Science and Technology Agency (JST) 2018-2019.

Lewat pidato pengukuhannya yang berjudul Pengembangan Marker Genomik untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan Asal Ternak di Indonesia menyoroti kondisi defisit pemenuhan kebutuhan daging di Indonesia.

“Indonesia saat ini bahkan belum mampu memenuhi kebutuhan daging merah dan susu nasional karena produksinya masih rendah, bahkan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia masih defisit 41,08% kebutuhan daging merah dan hanya mampu memenuhi 22,63% dari kebutuhan susu nasional. Faktor penyebabnya sebagian besar usaha peternakan di Indonesia adalah peternakan rakyat tradisional dan turun menurun, khususnya ternak ruminansia,” ujar Cahyadi.

Dia menambahkan daging sapi sering kali dipalsukan dengan daging babi atau celeng, serta produk olahan daging sapi dalam kemasan seperti bakso dan sosis sering dicampuri daging ayam dengan motif ekonomi (Economically Motivated Adulteration atau EMA). Melalui pengembangan marker genomik pada subsektor peternakan diharapkan dapat menjadi solusi bagi Indonesia untuk memenuhi kebutuhan protein hewani secara nasional.

Sebagai profesor termuda UNS saat ini, Cahyadi juga memberikan pesan kepada akademisi agar selalu menampilkan versi terbaik dalam mengabdi untuk kemajuan institusi, masyarakat, bangsa dan negara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya