SOLOPOS.COM - Aktivis asal Kota Solo, Bambang Saptono, Kamis (9/4/2015), memprotes rencana pelaksanaan ujian nasional (UN) berbasis komputer dengan memasang spanduk di depan Kantor Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kota Solo. (Septhia Ryanthie/JIBI/Solopos)

UN online 2015 dinilai ORI setidaknya memiliki tiga masalah.

Harianjogja.com, JOGJA-Kepala Perwakilan Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Perwakilan DIY Budhi Masturi mengatakan ORI menemukan berbagai persoalan, terutama dalam Ujian Nasional (UN) berbasis komputer atau computer based test (CBT).

Promosi BRI Siapkan Uang Tunai Rp34 Triliun pada Periode Libur Lebaran 2024

Pertama, Kementerian Pendidikan tidak mempersiapkan pengawas UN sistem CBT yang cukup yang memadai dan kompeten. Hal itu berdasarkan temuan ORI di SMK Negeri 3 Kasihan, Bantul. Ujian di sekolah tersebut kacau karena terjadi kesalahan instalasi file soal UN. Akibatnya, ujian diulang sore harinya.

Kedua, pemerintah kurang mempersiapkan fasilitas pendukung seperti daya listrik dan jaringan Internet, sehingga pihak sekolah harus sibuk mencari generator set (genset).

Ketiga, ORI DIY masih menemukan polisi berseragam saat mengamankan UN. Padahal, menurut Budhi, saat ini sudah tidak diperkenankan polisi mengenakan seragam dalam mengawal UN.

“Bisa menimbulkan efek yang tidak baik bagi psikologi [peserta UN],” ungkap Budhi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya