SOLOPOS.COM - Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Kealumnian UKSW, Yafet Yosafet Wilben Rissy, S.H., M.Si., LLM, Ph.D. (AFHEA). (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) kini secara resmi menerapkan tagline (slogan) Fostering Creative Minority.

Mengandung makna Menumbuhkembangkan Minorita Berdaya Cipta, keputusan penggunaan slogan ini tertuang melalui SK Rektor No. 208/KR/04/2023.

Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Kealumnian, Yafet Yosafet Wilben Rissy, S.H., M.Si., LLM, Ph.D. (AFHEA) belum lama ini menjelaskan tentang perlunya UKSW menerapkan slogan baru.

“Fostering Creative Minority merupakan konsep yang mewakili sebuah upaya untuk terus menumbuhkembangkan minorita berdaya cipta di UKSW,” ujar Yafet dalam rilis yang diterima Solopos.com, Jumat (21/4/2023).

Dia menjelaskan, ide atau gagasan yang mencitrakan dan mencitakan UKSW sebagai minorita berdaya cipta (creative minority) sesungguhnya telah dimulai sejak awal berdirinya UKSW oleh pendiri UKSW Dr. (HC) Oeripan Notohamidjojo, S.H. (Pak Noto).

Namun, lanjutnya, gagasan UKSW sebagai komunitas berdaya cipta tercetus secara tertulis untuk pertama kalinya, setidaknya dari catatan yang ada, ialah pada saat Pak Noto menyampaikan Pidato Dies Natalis XV PTKSW, 30 November 1971.

Yafet menjelaskan, dalam pidato yang berjudul Pembentukan Minorita yang Berdaya Cipta Sumbangan Satya Wacana Kepada Pembangunan Republik Indonesia’, Pak Noto membahas posisi dan peran UKSW dalam proses pembangunan yang sedang digalakkan pemerintah saat itu.

Dijelaskan, Pak Noto selanjutnya menyatakan bahwa runtuhnya kebudayaan disebabkan karena pecah-pecahnya dan menjadi lumpuhnya creative minority, sehingga tidak sanggup lagi menghasilkan jawab yang adekwat terhadap tantangan yang mengancam kebudayaan. Minorita berdaya cipta yang sanggup membimbing masa rakyat yang pasif, dalam pembangunan masyarakat dan kebudayaan diperlukan amat, di Indonesia”. (Kreativitas Yang Bertanggungjawab, Notohamidjojo, UKSW, 2011:245).

Lebih tegas Pak Noto menambahkan adalah kesadaran yang menggembirakan, bahwa Satya Wacana sejak semula turut berpartisipasi dalam usaha pembentukan minorita berdaya cipta itu.

“Dari penegasan Pak Noto di atas menjadi jelas bahwa creative minority bukan suatu situasi atau keadaan yang semata telah atau sudah ada tetapi juga lebih pada sebuah proses yang perlu terus diusahakan. Seiring perkembangan, upaya pembentukan minorita berdaya cipta terus digalakkan dari satu rektor ke rektor lainnya, dari suatu masa ke masa lainnya dalam banyak lapangan seperti kurikulum, sistem SKS, trimester dan sebagainya, termasuk tapi tidak terbatas pada membuat slogan UKSW dalam karya dan pelayanan UKSW,” ujar Yafet.

Dia menjelaskan, creative minority, yang dicitakan Pak Noto itu, patut dipahami dalam sebuah perspektif usaha, proses sadar, progresif, dinamis, berkelanjutan dan tiada akhir bukan sebuah keadaan yang statis dan telah tercapai, walaupun pencapaian ini telah diwujudnyatakan oleh sejumlah alumninya yang berkarya dan melayani dalam lapangan bangsa, negara, masyarakat, dunia pendidikan dan gereja. Namun demikian, kualitas minorita berdaya cipta akan terus diusahakan sepanjang UKSW hadir dan menyejarah dalam karya dan pelayanannya.

“Dengan demikian diperlukan adanya slogan baru yang lebih menggambarkan usaha membentuk atau menumbuhkembangkan minorita berdaya cipta di UKSW, sebuah slogan yang lebih progresif, dinamis, berkelanjutan dan tiada akhir di UKSW yakni Fostering Creative Minority,” ujarnya.

Rekomendasi
Berita Lainnya