SOLOPOS.COM - Ilustrasi Bakpia (JIBI/Harian Jogja/Dok)

UKM Jogja untuk pembuatan biaya menaikkan harga jual produk.

Harianjogja.com, JOGJA-Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar mengakibatkan pelaku usaha kecil menengah (UKM) bakpia di Kelurahan Ngampilan Kecamatan Gedongtengen mengalami penurunan omzet hingga 20%. Tidak hanya itu, bahan baku tepung terigu yang masih impor membuat mereka menaikkan harga jual lebih dari 10%.

Promosi Tanggap Bencana Banjir, BRI Peduli Beri Bantuan bagi Warga Terdampak di Demak

Ketua Koperasi UKM bakpia Sumekar Sumiyati mengatakan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, penurunan omzet kali ini terhitung signifikan. Ia tidak menampik jika sesudah Lebaran, penjualan bakpia mengalami penurunan. “Kalau tahun lalu penurunan di bulan yang sama hanya 10 persen, tetapi sekarang meningkat dua kali lipat,” ujarnya, Selasa (8/9/2015).

Diungkapkannya, telah terjadi kesepakatan anggota koperasi untuk menaikkan harga bakpia dari Rp18.000 menjadi Rp20.000 per dus. Menurutnya, kenaikan harga untuk mengimbangi harga bahan baku bakpia.

Sumiyati mengaku belum menghitung secara detail kenaikan bahan baku, namun sudah disepakati mengambil harga tertinggi. Dengan demikian, ukuran bakpia tidak berubah dan ia berharap pelanggan memakluminya.

Ia menyebutkan, terdapat 150-an UKM di Ngampilan yang sebagian tergabung dalam tiga koperasi, yakni Sumekar, Laris Manis, dan 711. Rata-rata tiap UKM menghasilkan 2.000 buah bakpia atau 100 dus per hari. Sumekar saat ini memiliki 65 anggota, sementara dua koperasi lainnya masing-masing beranggotakan 20 UKM. Sisanya, belum tergabung dalam koperasi.

Penjualan bakpia oleh UKM di Ngampilan, tuturnya, bergantung pada musim liburan. Januari sampai April, rata-rata tiap UKM memproduksi 100 dus per hari, pada Mei sampai Juni produksi meningkat sampai 50%, memasuki bulan puasa penjualan menurun drastis hingga 50%, saat Lebaran produksi meningkat hingga enam kali lipat karena permintaan tinggi. “Diharapkan pada Oktober sampai Desember nanti bisa ada kenaikan lagi,” kata Sumiyati.

Lurah Ngampilan Maryuni mengatakan pelaku usaha bakpia di wilayahnya mencapai 20% dari jumlah penduduk. Saat ini, sebanyak 3.220 KK tercatat bermukim di Ngampilan. “Jenis usaha bakpia juga beragam, mulai dari usaha besar sampai home industry,” ujarnya.

Untuk home industry, kata Maryuni, biasanya bakpia juga dijual di pasar-pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya