SOLOPOS.COM - Ilustrasi anak mengalami trauma belajar (Freepik)

Solopos.com, SOLO—Trauma belajar pada masa kecil, terutama ketika anak duduk di bangku TK atau PAUD bisa berakibat literasi saat sudah dewasa menjadi rendah.

“Anak ketika belajar baca, tulis, dan berhitung dengan cara drilling yang sifatnya memaksa, bisa membuat anak menjadi trauma. Akhirnya dewasa nanti tingkat literasinya rendah,” ujar Kabid PAUD dan Pendidikan Non Formal (PNF) Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Solo, Galuh Murya Widyawati, kepada Solopos.com, Rabu (3/5/2023).

Promosi Safari Ramadan BUMN 2024 di Jateng dan Sulsel, BRI Gelar Pasar Murah

Menurut dia, akibat dari literasi yang rendah, akan membuat anak bisa membaca, namun tidak memahami isi bacaan tersebut. 

Trauma belajar yang dia maksud umum terjadi pada masa-masa TK dan PAUD. Menurut Galuh, anak harus dibiasakan belajar sendiri melalui pengalaman-pengalaman bermain.

“Dengan begitu akan nempel sampai dewasa. Karena otak anak itukan seperti spons ya bisa menyerap dengan mudah apa yang dia lihat,” ujar dia.

Maka, Galuh menyatakan anak harus diberikan pengalaman belajar yang menyenangkan. Namun, permasalahanya terkadang orang tua di rumah masih mengajarkan Calistung dengan cara yang memaksa.

“Orang tua juga harus paham, bahwa kecerdasan anak itu tidak hanya diukur dengan cepat atau lambatnya kemampuan Calistung,” kata dia. 

Untuk menghindari trauma belajar, Kepala TK Kristen Setabelan Solo, Priyanti Dwi Astuti, menyatakan di level TK, siswa cukup dikenalkan huruf dan angka dengan metode yang sesuai.

“Sifatnya hanya merangsang motorik anak. Misal anak diajak menyambungkan titik-titik yang berbentuk huruf dan angka. Bisa juga dengan game, bagi anak-anak yang aktif itu lebih efekti,” kata dia kepada Solopos.com, Rabu.

Dia memastikan anak-anak tidak trauma dan mendapat metode belajar yang sesuai dengan kemampuan siswa. “Kuncinya bagi anak itu bagaimana caranya belajar dengan gembira,” lanjut dia.

Selain itu, Kepala TK Lazuardi Solo, Menur Larassati, menyebut sejak awal sekolahnya tidak menargetkan siswa lulus dari TK bisa baca dan berhitung. 

Dia mengatakan pembelajaran di TK bersifat merangsang motorik anak untuk mengenal angka dan huruf. 

“Tetapi stimulasi tetap diberikan, jadi usia playgroup itu ada pengenalan huruf, naik TK A pengenalannya per suku kata, lalu TK B lebih pengenalan kata,” ujar dia. 

Namun pembelajaran yang diberikan tidak rigid seperti materi untuk SD. Menurutnya asalkan diajarkan dengan cara yang menyenangkan, justru akan merangsang perkembangan kecerdasan si anak.

“Stimulasi itu tetap harus kita kasih. Kasian juga nanti kalau tidak diberikan anak malah tidak tahu bacanya apa,” kata dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya