SOLOPOS.COM - Seorang relawan memasang pengumuman anak hilang di ruas Jalan Sedap Malam, Kota Denpasar, Bali, Rabu (3/6/2015). Pencarian anak hilang yang diikuti oleh puluhan relawan dari berbagai organisasi sosial tersebut dilakukan untuk mencari Angeline, anak berusia 8 tahun yang hilang dari rumah sejak 16 Mei 2015. (JIBI/Solopos/Antara/Fikri Yusuf)

Tragedi pembunuhan Angeline meninggalkan duka mendalam bagi banyak pihak.

Solopos.com, DENPASAR — Ibu angkat Angeline, Margriet Christina Megawe, mengaku sedih dengan kematian Angeline. Sejumlah tuduhan pembunuhan ditujukan kepada Magriet dan berulang kali pula Magriet menyanggah tuduhan tersebut.

Promosi Klaster Usaha Rumput Laut Kampung Pogo, UMKM Binaan BRI di Sulawesi Selatan

Menurut Dion Pongkor, juru bicara Hotma Sitompoel Associates, pengacara Margriet, ibu angkat Angeline tersebut memiliki pembelaan untuk mematahkan tuduhan pembunuhan Angeline.

Dalam pemeriksaan Margriet sebagai tersangka kasus dugaan penelantaran anak, ia dicecar dengan 53 pertanyaan selama tujuh jam. Dion menjelaskan, Margriet ditanya soal keseharian Angeline. Margriet pun mengaku ia ingin kasus Angeline ini segera selesai.

“Ditanya mulai dari pakai baju apa, sandal apa, merk apa. Pokoknya sehari sebelum Angeline hilang,” kata Dion Pongkor kepada sejumlah wartawan di Mapolda Bali, Sabtu (20/6/2015), sebagaimana dilansir Detik, Senin (22/6/2015).

Menurut Dion, Margriet juga selalu menangis saat mengingat kematian Angeline.

“Ketemu kita nangis terus. Dia berduka atas kematian Angeline,” ujar pengacara Margriet, Dion Pongkor, di Mapolda Bali, Jumat (19/6/2015).

Dion menjelaskan, Margriet sebagai orang yang membesarkan Engeline tentu merasa kehilangan atas meninggalnya anak angkatnya itu. “Dia masih berduka,” terang Dion.

Ketika di hari hilangnya Angeline atau Engeline, Margriet mengaku sedang menonton televisi di kamarnya. Ketika Angeline hilang, Agus mengatakan Angeline sedang meminjam pensil. Setelah ditunggu tidak kembali, Margriet mencari Angeline. Ia bahkan mencari anak adopsinya itu hingga ke kamar Agus.

“Versi Margriet dia sudah mencari-cari Engeline. Di tetangga, di kepala lingkungan dan kemudian melaporkan kehilangan pada malam itu ditemani Yvonne ke Polsek setempat,” jelas Dion Pongkor, Sabtu.

Namun, lantaran tidak ada kecurigaan, Margriet tidak mengecek secara detail kamar Agus. Padahal menurut pengakuan Agus yang lalu, setelah dibunuh, Angeline sempat diletakkan di dalam lemari Agus.

“Tidak ada kecurigaan pada saat itu, hanya dibukakan pintu kamar kemudian Bu Margriet memanggil-manggil Engeline,” pungkas Dion.

Sementara itu, Kapolda Bali Irjen Pol Ronny F Sompie menegaskan pihaknya tak mau gegabah menetapkan tersangka baru dalam pembunuhan Angeline.

“Walaupun dalam ‘backmind’ telah mencurigai seseorang tetapi sebelum kecurigaan itu dibuktikan dengan dua alat bukti yang sah maka terlalu gegabah penyidik mendahului penetapan tersebut,” imbuhnya di Mapolda Bali, sebagaimana dilansir Okezone, Senin (22/6/2016).

Menurut Ronny, sampai saat ini pihaknya masih mengembangkan kasusnya dengan mendalami keterangan saksi dan tersangka.

Sejauh ini, polisi baru menetapkan satu tersangka Agus dalam pembunuhan Angeline, bocah kelas IIB SD 12 Sanur, Denpasar itu, meski Senin ini tiga saksi dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), yaitu Francky Maringka, Yuliet Christien, dan Loraine Soriton melakukan prarekonstruksi untuk kasus dugaan penelantaran anak yang menyeret Margriet.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya