SOLOPOS.COM - PLTN Fukushima (JIBI/Solopos/Antara)

Tragedi Fukushima sempat membuat Jepang menghentikan reaktor nuklir untuk suplai listrik.

Solopos.com, TOKYO — Pemerintah Jepang berencana kembali menggunakan pembangkit tenaga listrik nuklir untuk mengurangi impor bahan bakar. Saat ini impor bahan bakar berkontribusi besar terhadap defisit perdagangan selama empat tahun terakhir.

Promosi Siasat BRI Hadapi Ketidakpastian Ekonomi dan Geopolitik Global

Pada tahun lalu defisit mencapai 12,8 triliun yen atau setara US$103 miliar. Sebagai bagian dari program tenaga nuklirnya, salah satu perusahaan pembangkit listrik tenaga nuklir Jepang, Kyushu Electric Power Co., hari ini, Selasa (11/8/2015) mulai mengaktifkan kembali reaktor nuklirnya.

Kemudian, perusahaan juga, menurut Polina Diyachkina, Analis di Macquaire Group Ltd., mengatakan perusahaan akan menghidupkan rektor nuklir keduanya pada pertengahan Oktober. Meskipun dua rektor nuklir dapat kembali diaktifkan, pemerintah belum tahu kapan dapat menyalakan reaktor lebih lama lagi.

Hal tersebut terjadi lantaran ketatnya prosedur yang ditetapkan oleh Nuclear Regulatory Authority setelah terjadi bencana nuklir Fukushima akibat gempa-tsunami 2011 silam. Selain itu, keberadaan pembangkit listrik energi nuklir juga mendapatkan protes dari masyarakat.

“Proses sepertinya akan lambat. Kajian ulang mengenai keselamatan dan pemeriksaan lainnya diperlukan,” kata Joseph Jacobelli, analis Bloomberg Intelligence, sebagaimana dilansir dari Bloomberg, Selasa (11/8/2015).

Dia menambahkan protes dari masyarakat terkait gerakan anti-nuklirnya akan berlangsung sporadis. Saat ini Jepang memiliki 43 reaktor dan 25 reaktor sejauh ini telah diajukan untuk mendapatkan persetujuan pengaktifan kembali. Dua reaktor yang dimiliki Kyushu Electric adalah yang pertama lulus pemeriksaan keamanan dan lolos secara hukum.

“Jepang tidak akan dapat menjaga tarif listrik tetap rendah dan mengatasi perubahan iklim tanpa tenaga nuklir,” kata Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Yoichi Miyazawa.

Setelah tragedi Fukushima, nuklir Jepang dinonaktifkan. Hal ini membuat tarif listrik meningkat. Saat ini, tarif listrik di Kyushu telah naik lebih dari 20% antara Maret 2011 sampai Maret 2015. Melambungnya harga listrik membuat perusahaan lokal seperti Mitsui Mining & Smelting Co. menaikkan harga tembaga dan seng.

“Kondisi tersebut (naiknya harga tembaga dan seng) telah menurunkan daya saing internasional kami. Oleh karena itu, kami menyambut baik diaktifkan kembali reaktor nuklir,” kata juru bicara perusahaan Sumikazu Ogata. Berdasarkan data kementerian keuangan, pada Juni lalu, nilai ekspor Jepang naik 9,55% dari tahun sebelumnya. Sementara impor tergelincir 2,9%, membuat defisit perdagangan mencapai 69 miliar yen atau setara US$556 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya