SOLOPOS.COM - Situasi tragedi lempar jamrah di Mina, Kamis (24/9/2015). (Twitter.com/@UtdIndonesiaBDGwww.alriyadh)

Tragedi di Mina menelan korban ratusan jemaah haji meninggal dunia.

Solopos.com, SOLO — Dua orang jemaah haji asal Embarkasi Solo meninggal dunia akibat tragedi Mina di Arab Saudi, Kamis (24/9/2015). Selain itu, empat dari 11 jemaah haji asal Embarkasi Solo yang sebelumnya dinyatakan hilang hingga kini belum kembali ke pemondokan.

Promosi BRI Perkuat Kolaborasi Strategis dengan Microsoft Dorong Inklusi Keuangan

Baik jemaah haji yang meninggal dunia dan hilang merupakan jemaah haji dari kelompok terbang 62 asal Kota Semarang. Dua orang yang meninggal dunia itu bernama Susimah Slamet Abdullah dan Sri Prabandari Markani.

Jenazah Sri Prabandari Markani baru ditemukan panitia haji dari Indonesia pada Minggu (27/9). Hal ini setelah panitia melakukan identifikasi dan mencari di sejumlah rumah sakit yang merawat jenazah korban tragedi Mina.

Kasubag Humas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Solo, Gentur Rachma Indriadi, hingga kini jemaah haji asal Indonesia yang meninggal dunia  akibat tragedi Mina sebanyak 19 orang. Dua di antaranya jemaah haji dari Embarkasi Solo.

Gentur mengatakan untuk 11 jemaah haji yang sebelumnya diinformasikan belum kembali ke pemondokan, saat ini ada empat jemaah haji yang telah kembali. Sedangkan tujuh jemaah haji (JH) yang lain masih belum kembali ke pemondokan sejak peristiwa Mina.

Dia menyampaikan untuk mengetahui keberadaan tujuh JH yang hilang tersebut, panitia melakukan penyisiran dan identifikasi ke ketua rombongan dan pemondokan. Hal ini untuk memastikan keberadaan JH tersebut.

“Kami belum tahu secara pasti apa yang menyebabkan kedua JH itu meninggal dunia,” kata Gentur saat dihubungi Solopos.com, Minggu (27/9).

Menurut informasi, kata Gentur, pada saat peristiwa Mina terjadi ada sejumlah JH dari kloter 62 yang pindah dari jalur Indonesia ke jalur 204. Para JH yang nekat pindah jalur ini karena pada saat itu ada penutupan untuk jalur Indonesia.

“Saat melontar jamrah, jemaah haji asal Indonesia diminta untuk melaksanakan ibadah itu pada waktu subuh atau ashar. Tetapi, ada sejumlah JH yang nekat lontar jamrah pada siang hari karena mencari waktu yang utama,” jelas Gentur.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya