SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

London–Sebuah komisi di Inggris yang menyelidiki keterlibatan negara tersebut dalam invasi Amerika Serikat (AS) ke Irak memanggil mantan Perdana Menteri Tony Blair. Ia membela kebijakan AS menyerbu Irak pada tahun 2003 lalu itu.

Blair mengatakan, serangan 11 September ke AS memiliki arti bahwa Presiden Irak saat itu, Saddam Hussein, harus melucuti senjata pemusnah massalnya atau dilengserkan. Demikian seperti dikutip dari reuters, Sabtu (30/1).

Promosi BRI Dipercaya Sediakan Banknotes untuk Living Cost Jemaah Haji 2024

Menurut Blair, serangan Alqaeda yang meruntuhkan menara kembar di New York telah mengubah peta keamanan global. Serangan itu berpotensi meningkatkan resiko kelompok militan untuk membunuh lebih banyak orang jika senjata pemusnah massal di Irak jatuh ke tangan mereka.

Di depan komisi yang diketuai Sir John Chilcot, Blair ditanya mengapa ia mengirim 45.000 tentara Inggris ke Irak. Seperti diketahui, keputusan itu telah menjadi episode paling kontroversial Blair selama 10 tahun menjadi perdana menteri.

Keputusan Blair juga menimbulkan protes besar bahkan perpecahan di dalam Partai Buruh yang dipimpinnya sendiri. Ia pun dituduh menipu rakyat Inggris tentang alasan untuk menyokong invasi AS.

“Tapi ini bukan tentang kebohongan, atau konspirasi, atau penipuan,” kata Blair yang awalnya terlihat gugup, tapi kemudian tampil percaya diri.

“Dan keputusan yang saya ambil adalah dengan mengingat sejarah Saddam, mengingat dia menggunakan senjata kimia, mengingat lebih dari 1 juta orang mati gara-gara dia, dan 10 tahun melanggar resolusi PBB,” tandasnya.

dtc/isw

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya