SOLOPOS.COM - Ganjar Pranowo dalam wawancara eksklusif Mata Najwa: Ganjar Pranowo dan Piala Dunia yang diunggah di Youtube Najwa Shihab, Selasa (4/4/2023) siang.

Solopos.com, SOLO — Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menampik langkahnya menolak Timnas Israel bermain di Piala Dunia U-20 di Indonesia untuk mendapatkan tiket sebagai calon presiden (capres) dari Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri.

Dia juga menampik penolakannya itu merupakan permintaan atau perintah khusus dari Megawati untuk dirinya.

Promosi BRI Dipercaya Sediakan Banknotes untuk Living Cost Jemaah Haji 2024

Hal itu disampaikan Ganjar saat menjawab pertanyaan Najwa Shihab dalam wawancara eksklusif Mata Najwa: Ganjar Pranowo dan Piala Dunia yang diunggah di Youtube Najwa Shihab, Selasa (4/4/2023) siang.

Ganjar menyebut penolakannya terhadap Timnas Israel hanya beberapa pekan sebelum event akbar itu digelar karena tak ada progress apapun setelah partainya, PDIP menolak lewat lobi-lobi dengan pihak terkait.

“Karena tidak ada progress apa-apa, [jadi jagoan utama yang disuruh maju Ganjar Pranowo?] Saya tidak ngerti tapi saya menjadi bagian dari PDIP,” ucapnya.

“[Bukti] loyalitas ke partai, tidak hanya loyalitas, tapi sikap yang jelas dan konstitusional, [sesuai] regulasi, dan aturan [negara],” imbuh Ganjar.

Ganjar mengaku tak diminta langsung oleh Megawati untuk menyampaikan penolakan. Ia juga menampik statement-nya itu untuk mengamankan tiket pencalonan presiden yang belum dikantonginya dari Ketum.

“Saya [bersikap menolak] sebagai kader partai, dan juga gubernur, bukan urusan yang lain,” jawabnya ketika ditanya ihwal tiket pencapresan.

“Orang boleh menilai apapun, sampai hari ini, orang menunggu, keputusan itu urusan Bu Mega. Saya sebagai kader partai mengamankan sikap partai, [Ketum] meminta kader mengamankan itu, Koster bergaung, lalu Ganjar,” tukasnya.

Najwa kemudian bertanya apakaj loyalitasnya itu bertujuan untuk membuktikan bahwa dirinya layak menjadi capres. 

“Itu imajinasi Mbak Nana [Najwa], [kalau ada] rasa seperti itu, mungkin juga kalau dirunut dalam ilmu Jawa otak-atik gathuk, kandidatnya sudah jelas juga, tapi tidak [untuk dapat tiket],” kata Ganjar.

Ia mengakui pembatalan itu termasuk kerugian besar bagi Indonesia dan berpotensi menurunkan elektabilitasnya, maupun elektabilitas partai. Namun menurut Ganjar, hal itu sepadan karena dirinya pribadi dan partai sudah memiliki analisa sendiri.

“Perhitungan lebih dari itu. Dampak, potensi kerugian, serangan personal, semua sebanding. Gelombangnya berjalan, kami punya analis sendiri, kalau [penolakan] berhenti dan kalau berjalan seperti apa,” ucapnya.

Ganjar kemudian menyebut ada kelompok lain di luar PDIP yang menyuarakan penolakan serupa. Namun, pertimbangan agenda yang lebih besar sepadan dengan itu.

“Bahwa ada hitungan elektoral terkait keputusan dan sikap politik. [suara] PDIP up and down, Di Orde Baru konsisten di urutan ketiga, era reformasi menang, kalah, kemudian rebound, kalau mau cerita elektoral, ngapain ambil kesempatan itu, jalur aman, enggak usah. Untuk menyikapi itu [penolakan] PDIP menghitungkan cermat, elektoral diperhitungkan mana keputusan, ideologis, elektoral,” tuturnya.

Dia juga menampik penolakan bertujuan meraih suara voters Islam.Menurutnya hal itu jauh di luar bayangan. “Saya enggak bisa menyenangkan semua orang,” tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya