SOLOPOS.COM - ilustrasi

Solopos.com, JAKARTA— Mahir berbahasa Inggris dan memperoleh nilai TOEFL (ujian kemampuan berbahasa Inggris) tinggi, bukan jaminan sukses mengikuti proses belajar saat belajar di luar negeri.

Hal itu yang dialami oleh Regina Larasasti saat mengikuti program belajar di Inggris.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Padahal saya di Indonesia kuliah di universitas internasional dan biasa menggunakan bahasa Inggris,” kata Regina di Jakarta, Selasa (3/9/2013).

Dia mengatakan kegiatan belajar di luar negeri sangat berbeda, sehingga tidak bisa hanya mengandalkan bahasa Inggris umum saja.

Akhirnya, dia tidak bisa lancar mengikuti pelajaran karena harus beradaptasi dulu. “Ada diskusi, kelas kritik, presentasi, menjelaskan konsep dan sebagainya,” katanya.

Manajer Operasional Area 1 ELTI Gramedia (lembaga pendidikan bahasa Inggris) Evelina Kusumawardhani mengatakan banyak mahasiswa Indonesia mengalami hal yang sama dengan Regina.

“Akhirnya mereka justru banyak yang stres,” katanya saat peluncuran program “Academic English”.

Sebuah penelitian menemukan fakta bahwa siswa Indonesia banyak yang mengalami kendala soal akademis. Beberapa diakibatkan oleh kesalahan pemilihan kata, sehingga membuat mereka gugup saat bicara, tidak percaya diri  ketika berdiskusi, bertanya dan berpendapat, menjadi salah satu faktof penting kesuksesan studi.

Evelina menceritakan pernah seorang mantan muridnya yang pintar berbahasa Inggris dan mempunyai nilai TOEFL tinggi menjadi bahan tertawaan saat menjawab pertanyaan pengajarnya saat belajar di Australia.

Seharusnya murid tersebut menjawab membuat/menggambar tabel dan bukannya membuat meja (table).

Untuk itu dia menyarakan agar masyarakat Indonesia yang ingin belajar di luar negeri mempelajari bahasa “Academic English” (bahasa Inggris untuk kegiatan kuliah) sebelum belajar ke luar negeri.

Hal-hal yang perlu dipelajari antara lain adalah berbahasa Inggris saat berdiskusi, menulis laporan atau esai, dan presenstasi.

“Dengan begitu, saat mulai belajar mereka bisa langsung fokus untuk segera menyelesaikan studinya, tanpa terlalu repot berdaptasi lagi,” kata Evelina.

Menurut laporan Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu pengetahuan dan Kebudayaan (UNESCO),  jumlah siswa Indonesia yang belajar ke luar negeri untuk mengambil gelar sarjana, master,  dan doktor, pada 2013 mencapai 34.067 siswa. Dari jumlah ini 10.135 orang ke Australia, 6.882 orang ke Amerika Serikat dan sisanya ke negara lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya