SOLOPOS.COM - Ilustrasi bendera PKS.

ilustrasi

JAKARTA—Alasan inkonsistensi yang diutarakan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terhadap pasangan cagub-cawagub DKI Jakarta, Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi-Ahok) dinilai seperti menelan ludah sendiri.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Pasalnya, beberapa kader PKS juga melakukan hal serupa. Contohnya adalah Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan. Sebelum mencalonkan diri sebagai Gubernur, Ahmad Heryawan adalah anggota DPRD DKI periode 2004-2009. Dia meninggalkan kursinya, lalu maju dalam Pilkada Jabar pada 2008. Ahmad Heryawan yang berduet dengan Dede Yusuf terpilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat.

Kader PKS lain yang tidak tuntas menjalankan tugas adalah Irwan Prayitno. Dia menjabat anggota DPR periode 2009-2014. Irwan meninggalkan kursinya, maju sebagai cagub Sumatera Barat pada Pilkada 2010. Irwan akhirnya terpilih sebagai Gubernur. Lantas Tifatul Sembiring, anggota DPR periode 2009-2014 yang kemudian menjadi Menkominfo.

Hidayat Nur Wahid yang kerap menyatakan inkonsistensi terhadap pasangan Jokowi-Ahok adalah anggota DPR periode 2009-2014. Dia berusaha meninggalkan kursi DPR untuk maju Pilkada DKI. Tetapi, Hidayat kandas di putaran pertama.

“Jadi kalau dibilang inkonsistensi, tetapi kader PKS juga banyak yang melalukan hal yang sama. Jadi yah mereka seharusnya berkaca terlebih dahulu,” ujar timses Jokowi-Ahok, Denny Iskandar di Jakarta, Selasa (14/8).

Namun ia menegaskan pihaknya ambil pusing dengan hal tersebut. Menurutnya, masyarakat Jakarta telah cerdas dalam memilih sehingga mereka tahu kapasitas dari para cagub-cawagub yang akan dipilih.(ali)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya