SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Belajar meretas selama ini dikaitkan dengan tindakan kriminal. Sebut saja kasus seorang mahasiswa PTS di Jogja yang berhasil memasuki web instansi pemerintah dan mengubah tampilan pada 2011.

Pascapembobolan, visual website berubah menjadi tampilan dua orang yang memegang bendera dan muncul kata-kata seruan jihad. Beruntung kasus ini dapat segera terlacak, sehingga laman instansi tersebut kembali aman.

Promosi Selamat! 3 Agen BRILink Berprestasi Ini Dapat Hadiah Mobil dari BRI

Banyaknya kasus perentasan yang bermunculan akhir-akhir ini semakin mengesankan jika hacker merupakan kriminal. Adapun, tidak seluruh peretas melakukan cyber crime.

Inilah yang coba dibuktikan Kelompok Studi Linux (KSL) UAD. Di tangan empat mahasiswa Teknik Informatika seperti Erwin A. Latif, Chandra Swi Waskito, Wisnu Arisandy dan Indra Pramana, meretas menjadi aktivitas untuk belajar dan menganalisa.

“Menjadi hacker bukan hanya masalah menyusup dan membuat keonaran, tetapi dengan belajar merentas kita bisa melindungi keamanan data-data,” kelas Chandra saat ditemui di Kampus Terpadu UAD belum lama ini.

Namun patut diakui untuk melindungi data-data yang ada, perentas harus ganti merentas untuk mempelajari program yang dibuat hacker penyusup. Selanjutnya, perentas mulai dapat melakukan tindakan antisipasi.

Menurut Erwin bangsa ini perlu mengasah digital forensik. Pasalnya di zaman teknologi canggih, data-data maupun setiap aktivitas pemerintahan rawan dibobol dan mengakibatkan kerugian dan nama baik.

Dari motivasi tersebut, keempat mahasiswa ini berusaha mengasah kemampuan dalam ajang The Amazing Trace. Kompetisi yang diadakan Indonesia Security Incident Response Team on Internet and Infastructure Coordination Center (ID-SIRTII-CC) ini digelar pada 13-14 Juli 2012. Setidaknya 100 peserta dari berbagai kalangan seperti praktisi, ISP, komunitas, perusahan dan PT mengikuti ajang yang dilaksanakan di seputaran Kraton Jogja ini.

Chandra menyebutkan dalam lomba ini masing-masing tim diminta menangani kasus perentasan di sebuah bank. Dari perintah ini, keempat orang segera melacak pelaku perentas, menganalisa, mengetahui masalah dan memberikan advisor writing. Dari scriptyang ada telah diketahui, tim diminta kembali mengatasi dan mengamankan data-data di bank tersebut.

“Kami jadi tim pertama yang berhasil menyelesaikan kasus sehingga menjadi pemenang,” jelasnya. Wakil Rektor III UAD, Muchlas menyampaikan pusat studi linux UAD merupakan komunitas linux pertama di Indonesia. Kala itu, 1996 UAD juga memberikan pelatihan mengenai sistem operasi linux.

Meski saat ini semakin banyak kampus yang memiliki komunitas yang kuat, ia yakin kader-kader “hacker” di UAD dapat terus berkembang untuk membantu melindungi bangsa ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya