SOLOPOS.COM - Ilustrasi pesawat Airbus 320-200 milik maskapai penerbangan Airasia (airbus.com)

Tiket pesawat murah dihapus menimbulkan keberatan dari sejumlah pihak. Asita menilai penghapusan tiket murah menggambarkan kepanikan pemerintah dalam merespons karut marut dunia penerbangan Indonesia.

Solopos.com, JAKARTA – Tiket murah yang ditawarkan maskapai berbasis Low Cost Carrier (LCC) menguasai 90 persen pergerakan penumpang pesawat terbang di Indonesia saat ini.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Ketua Association of The Indonesian Tours & Travel Agencies (Asita) Chapter DIY Edwin Ismedi Himna di Jakarta, Jumat (9/1/2015), mengatakan selama ini tiket pesawat murah berperan langsung terhadap kenaikan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) secara signifikan di samping juga mendongkrak bisnis akomodasi khususnya yang digerakkan oleh para pelaku UKM.

“Dengan terbukanya kasus kelalaian izin Airasia QZ 8501 sebenarnya lebih membuktikan ketidakberesan internal di lingkungan Kementerian Perhubungan. Jadi jangan mencari kambing hitam,” kata dia.

Ia menilai rencana penerapan kebijakan untuk menghapus tiket pesawat murah menggambarkan kepanikan pemerintah dalam merespons karut-marut di dunia penerbangan Indonesia.

“Pemerintah panik, padahal tiket murah sudah memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan pariwisata nasional,” beber dia.

Ia meminta agar kebijakan yang diterapkan sebagai upaya pembenahan tidak justru kemudian mengorbankan bisnis pariwisata yang sedang digenjot untuk mampu mendatangkan 20 juta wisman sampai 2019.

“Tolong dilihat, jumlah wisman sebelum dan sesudah adanya tiket murah, berikut pergerakan wisnus di setiap destinasi di Indonesia. Ada perbedaan yang signifikan,” kata dia seperti dilansir Antara.

LCC merupakan maskapai yang mengoperasikan penerbangannya dengan biaya rendah dan menekankan pada efisiensi. LCC mengatur efisiensi boarding, efisiensi staf operasional, cara memesan tiket, namun standar safety tetap diutamakan.

LCC juga kerap kali melakukan promosi bahkan pernah ada yang menawarkan harga tiket Rp0 tapi setelah melalui perhitungan bisnis matang tanpa mengorbankan standar keselamatan tapi lebih pada efisiensi biaya operasional.

Kesiapan Infrastruktur

Pada bagian lain, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai kebijakan menghapuskan tiket pesawat murah itu bukanlah hal yang tepat.

Ketua Harian YLKI Tulus Abadi menerangkan aspek keselamatan merupakan sesuatu hal yang mesti diutamakan oleh maskapai penerbangan. Jadi, aspek keselamatan tak identik dengan tarif angkutan pada pesawat.

“Jadi tidak ada hubungannya, terkait tarif dan safety. Kalau safety tidak ada. Kalau pelayanan tentu ada, seperti makan dan minum,” kata dia kepada liputan6.com di Jakarta, Jumat.

Tulus menuturkan, untuk aspek keamanan seharusnya Kemenhub lebih aktif lagi dalam memberikan pengawasan pada maskapai penerbangan.

“Problemnya Kemenhub terlalu jor-joran dalam memberikan perizinan maskapai. Perizinan impor, perizinan pesawat tak didukung kesiapan infrastruktur dan kesiapan SDM, kabin kru. Justru harus di situ dilakukan, memperkuat pengawasan dan perizinan yang diberikan maskapai. Tarif sudah benar,” jelas dia.

Sebelumnya, Kemenhub membantah jika kenaikan tarif batas bawah sebanyak 40 persen berkaitan dengan jatuhnya pesawat Airasia QZ 8501. Direktur Angkutan Udara Direktorat Jenderal Angkutan Udara Kemenhub Muhammad Alwi mengatakan kebijakan tersebut sudah dirancang sebelum tragedi QZ 8501 terjadi.

Dia menambahkan, kenaikan tarif batas bawah dilakukan untuk menyesuaikan biaya operasional maskapai berkaitan dengan aspek keamanan. “Tujuannya untuk itu, konsumsi bahan bakar 32 persen, untuk pemeliharaan, termasuk penyusutan pesawat dan sebagainya,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya