SOLOPOS.COM - Sepur Kluthuk Jaladara (JIBI/dok)

Solo (Solopos.com) –
Sukses penjualan tiket Bus Tumpuk Werkudara secara eceran mengilhami dilakukannya hal serupa pada Sepur Kluthuk Jaladara. Untuk tujuan ini, pihak Dinas Perhubungan (Dishub) Solo masih melakukan kajian.

MELIHAT PEMANDANGAN -- Penumpang kereta api (KA) wisata Sepur Kluthuk Jaladara melihat pemandangan Kota Solo dari jendela kereta. (Espos/dok)

Promosi Cerita Klaster Pisang Cavendish di Pasuruan, Ubah Lahan Tak Produktif Jadi Cuan

Rencananya, tiket eceran kereta zaman dulu itu akan dilepas Rp 75.000/penumpang. Kepala Dishub Solo, Yosca Herman Soedrajat, saat ditemui Espos, di sela-sela pelaksanaan Car Free Day, Minggu (1/5), mengatakan pihaknya saat ini masih menggodok rencana untuk menerapkan model penjualan tiket eceran model Werkudara. Harapannya, makin banyak masyarakat yang merasakan sensasi wisata di dalam kereta peninggalan Belanda tersebut.
“Saya kepingin Jaladara nanti seperti bus tumpuk. Dijual dengan cara eceran. Jadi nanti makin banyak yang bisa menggunakan, termasuk masyarakat umum,” terang Herman.
Namun, berbeda dengan Werkudara yang biaya operasionalnya relatif murah, biaya operasional Jaladara terhitung mahal. Herman menjelaskan, sesuai perhitungan pihaknya, minimal biaya operasional untuk satu kali jalan Jaladara mencapai Rp 3,5 juta. Sedangkan, bus tumpuk, sesuai kajian yang diterjemahkan dalam bentuk peraturan daerah (Perda), biaya operasional hanya Rp 800.000 satu kali jalan. Besarnya biaya operasional Jaladara itu diakuinya menjadi kendala tersendiri.
Selama ini, dia menerangkan pemasaran Sepur Kluthuk Jaladara diserahkan pada pihak swasta, dalam hal ini event organizer (EO). EO lebih banyak melayani pemesanan dengan model grosir alias carter, ketimbang melayani eceran. Hal itu dimaklumi karena biaya operasional tinggi. Bahkan, jika dikemas lengkap, disertai kunjungan ke objek wisata sepanjang perjalanan, harga pemesanan bisa mencapai Rp 5 juta-Rp 7,5 juta. “Untuk mewujudkan itu, kami segera akan kumpulkan EO-EO. Kami harap ini mendapat respons positif,” ujar dia.
Sementara itu, Ketua Association of the Indonesia Tours and Travel Agencies (Asita) Solo, Suharto menyambut baik rencana Dishub tersebut. Dia mengakui selama ini biro travel kerap urung menawarkan wisata transportasi tahun 80-an itu lantaran biaya besar yang harus dikeluarkan. Padahal, rombongan wisatawan bisa merupakan rombongan besar dan puluhan orang bisa pula hanya dalam jumlah kecil. Kondisi itu yang membuat Sepur Kluthuk Jaladara terkesan tak diminati.
Kendati demikian, Harto maklum mengingat kereta uap ini membutuhkan biaya besar untuk operasional dan pemeliharaan. “Ini akan menjadi alternatif kami, sebagai pelaku wisata, untuk jualan Jaladara. Kami sangat mendukung, Syukur-syukur kalau sekaligus dibuat jadwal tetap kereta jalan, ada atau tidak penumpangnya. Walaupun saya nilai itu sulit,” kata Harto. tsa

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya