SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Pamekasan–Sambaran petir di Perairan Tlanakan, Pamekasan, Madura memakan korban warga asal Desa Kramat, Kecamatan Tlanakan. Sambaran petir itu menewaskan tiga nelayan dan melukai dua nelayan lainnya.

Menurut Fauzi, nelayan yang satu perahu dengan kelima korban, mengatakan, musibah itu terjadi pada saat 30 orang awak Perahu Slerek Besar sedang beristirahat setelah menebar jaring slerek sepanjang 200 meter. Pada saat istirahat itulah, kelima orang nelayan sedang beristirahat di atas palka perahu.

Promosi BRI Peduli Ini Sekolahku, Wujud Nyata Komitmen BRI Bagi Kemajuan Pendidikan

Musibah itu terjadi pukul 20.00 WIB Rabu (8/12). Sekitar pukul 21.00 WIB , kelima orang nelayan itu dievakuasi ke RSD Pamekasan untuk perawatan medis bagi nelayan yang selamat dan visum bagi tiga orang nelayan yang meninggal.

Kelima orang nelayan itu Satuki ,20, dan Encung Hariadi ,23. Keduanya selamat meski terluka bakar di pungungnya. Sedangkan tiga nelayan lainnya yakni Syamsuri ,28, Muklis ,20 dan Abdul Rahim ,17. Ketiga tewas dengan luka bakar di sekujur tubuhnya.

Kepala UGD RSD Pamekasan, Bustami, mengatakan, ketiga nelayan yang tewas itu akibat dari sengatan partikel listrik dengan daya yang sangat besar. Sedangkan dua nelayan yang selamat, mengalami trauma hebat dengan indikasi demam tinggi. “Keduanya kami rawat di Zal D,” kata Bustami di Ruang UGD, Kamis (9/12).

Kapolsek Tlanakan, AKP Bambang Sugiharto, mengatakan, tewasnya ketiga orang nelayan itu murni diakibatkan bencana alam. “Setelah saya meminta sejumlah keterangan kepada awak perahu lainnya, diketahui ketiga orang nelayan tersebut meninggal tersambar petir,” ujar AKP Bambang ditemui di Ruang Mayat RSD Pamekasan.

Setelah selesai divisum, ketiga orang korban tewas langsung dipulangkan ke rumah duka di Desa Bandaran dan Desa Tanjung.

Keterangan yang berhasil dihimpun menyebutkan, sebelum tersambar
petir, kelima nelayan tersebut bersama 25 orang nelayan lainnya berangkat melaut pukul 12.00 WIB Rabu.

Setelah mengarungi laut sejauh 6 mil, di bawah gerimis para nelayan berjibaku menebar jaring slerek sepanjang 200 meter. Seusai menebar jaring, para awak perahu bernama Anak Jaya, milik Sumiadi ,45, itu, langsung beristirahat. Ada yang di kamar mesin ada pula yang di dek penyimpanan ikan. Sedangkan kelima orang yang tersambar petir itu beristirahat di atas palka perahu.

Meski gerimis berubah menjadi hujan deras, namun kelima nelayan itu tetap saja beristirahat di atas palka perahu. Kelima orang nelayan itu sekaligus bertugas menjaga penerangan lampu penerangan bertenaga disel agar tak sampai padam. Laju perahu hanya berkisar 3 knots.

Namun malang tak dapat ditolak. Disaat kelimanya berada dia tas palka perahu, tiba-tiba kilatan petir menyambar hingga tiga kali dengan suara yang amat keras. “Di sela suara petir yang erakhir itulah, saya mendengar suara teriakan dari atas palka perahu. setelah saya naik ke atas, saya melihat lima orang teman saya tergeletak,” ujar Fauzi.

Fauzi lalu berteriak ke Nursalim ,34, sang nahkoda perahu dan memberitahukan jika lima nelayan disambar petir. Mengetahui lima kawannya tergeletak tersambar petir, sang nahkoda perahu langsung memerintahkan awak perahu untuk segera menaikkan jaring slerek yang telah ditebar ke dalam laut.

“Sekitar jam sembilan malam, kami tiba di rumah sakit. Beruntung dua orang teman berhasil selamat meski dalam kondisi trauma,” ujar Fauzi.

Saat evakuasi korban, Ruang UGD tampak seperti pasar tumpah. Puluhan orang keluarga nelayan asal Desa Kramat, Desa Bandaran dan Desa Tanjung, tumplek blek disekitar ranjang korban. Beruntung, kedua korban selamat segera dipindahkan ke Zal D untuk menjalani rawat inap.

dtc/tiw

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya