SOLOPOS.COM - ilustrasi kekejian elizabeth bathory. (google)

ilustrasi kekejian elizabeth bathory. (google)

Countess Elizabeth Bathory begitu terobsesinya terhadap kesempurnaan. Dia terus mencari cara untuk tetap awet muda dan mempertahankan kecantikan masa mudanya.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Ditambah dengan berbagai petualangan seksualnya, Elizabeth merasa kecantikan adalah sumber kebahagiaan hidupnya.

Hingga suatu saat, kegilaannya terhadap sadisme mencapai puncaknya.Kekejiannya serta perilaku haus darah dalam arti sebenarnya, mulai muncul dalam diri Elizabeth.

Pada awalnya, salah seorang pelayan perempuannya sedang menyisir rambutnya dan berbuat kesalahan yang sebetulnya sepele. Pelayan itu menarik rambutnya terlalu keras.

Dengan temperamennya yang tinggi dan terbiasa dengan perilaku sadisme, Elizabeth kontan marah dan langsung menampar keras pelayan malang itu.

Saking kerasnya tamparan itu, darah segar memancar keluar dari hidung pelayan itu dan mengenai telapak tangan Elizabeth. Saat itulah tebersit dalam pikiran Elizabeth, sebuah ide mengerikan yang merupakan awal dimulainya kekejian tak terbayangkan dari Sang Countess.

Elizabeth sekonyong-konyong mendapat ilham, darah gadis muda yang memancarkan cahaya kemudaan mereka akan menjadi solusi atas keresahannya selama ini menghadapi proses penuaan.

Janda pahlawan Hungaria itu lantas menganggap darah gadis muda itu akan menjadi obat awet muda bagi kecantikannya. Serta merta Elizabeth memerintahkan pelayan setianya, Johannes Ujvari dan Dorka, untuk menelanjangi gadis tersebut.

Tak berhenti di situ, gadis malang itu lantas ditarik ke atas bak mandi Sang Countes dan diikat.

Tanpa belas kasihan sedikit pun dan tanpa menghiraukan teriakan memelas si gadis, para pelayan itu lantas disuruh memotong urat nadi gadis itu hingga darahnya mengucur mengisi bak mandi di bawahnya. Hingga akhirnya gadis nalang itu pun mati kehabisan darah.

Setelah bak mandinya penuh darah si gadis, Sang Countess tanpa ragu-ragu atau jijik, langsung masuk ke bak mandinya untuk berendam dan mandi di kubangan darah gadis itu.

Pengalaman yang bagi orang normal adalah mengerikan sekaligus horor itu ternyata malah membuat Elizabeth ketagihan. Bahkan dia kemudian merasa kembali muda kembali dan lantas mengklaim telah menemukan ramuan rahasia awet muda versinya.

Kebiasaan berendam dan mandi darah perempuan muda pun lantas menjadi ritual rutinnya. Maka, satu per satu para perempuan muda yang menjadi pelayan di kastilnya menjadi korban persembahan dalam ritual mengerikan Sang Countess.

Hingga suatu ketika Elizabeth kehabisan pelayan muda yang bisa dikorbankan dan diperas darahnya. Teror gelap Sang Countess pun mulai merambah desa-desa di sekitarnya.

Melalui para kaki tangannya, Elizabeth mulai merekrut para gadis muda di desa-desa di bawah wilayah kekuasaannya untuk dijadikan pelayan. Status “pelayan” itu sebenarnya hanya tameng, sebab gadis-gadis itu dijadikan “stok” darah segar untuk ritualnya yang mengerikan.

Apa saja yang dilakukan Elizabeth beserta kaki tangannya dalam merekrut para gadis muda untuk dijadikan korban kesadisannya? Lantas, apa makna inner beauty bagi Sang Countess kejam ini? (Bersambung Bagian IV)

Dari berbagai sumber

Bagian II

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya