SOLOPOS.COM - Muchsin Saat SMP (Foto: detik.com)

Muchsin Saat SMP (Foto: detik.com)

JAKARTA–Sidik, 23 tak menyangka adiknya, Muchsin, 19 tewas ditembak Densus 88 di Solo. Selama ini adiknya itu bukan pribadi yang keras. Tak pernah terdengar kata-kata soal jihad dan lain sebagainya. Sehari-hari, adiknya kerap bercerita soal mimpi dan hidupnya.

Promosi Siasat BRI Hadapi Ketidakpastian Ekonomi dan Geopolitik Global

“Masalah pribadi dia cukup terbuka. Enggak ada cerita-cerita khusus. Saya dengan dia cukup terbuka. Menurut pandangan cukup baik, enggak pernah menunjukan sikap-sikap di luar etika tidak baik,” kata Sidik di rumahnya di Batu Ampar, Jaktim, Selasa (4/9/2012).

Sidik menuturkan, dalam keseharian pun Muchsin tidak pernah neka-neka. Kala pulang dari pesantren di Solo pun dia tidak pernah berbicara yang aneh.

“Muchsin ke saya sering minta pendapat,” jelas dia.

Selepas di pondok, dia dan Muchsin memang jarang bertemu. Lagipula Sidik kemudian merantau ke Batam, sebelum pulang kembali ke Jakarta dan berjualan obat herbal.

“Malah sebelum dia berangkat ke Solo, setelah lebaran kita sempat cekcok. Biasa, urusan abang adik. Rencananya, setelah dia lulus pesantren mau membantu di rumah, tapi dibatalkan dan pergi ke Solo,” urainya.

Ketika Muchsin pulang dan membawa teman-temannya sesekali pun tak pernah ada yang mencurigakan. Muchsin terlihat biasa saja seperti sebelumnya tak ada perubahan.

“Kita juga sering guyon, suka saling kritik,” jelas Sidik.

Kini dia dan keluarga hanya bisa pasrah. Dia berharap persoalan segera selesai. “Kabar ini cukup mengejutkan keluarga,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya