SOLOPOS.COM - Anggota Komisi Kepolisian Nasional (kompolnas) Edi Hasibuan (kiri) dan Hamidah Abdulrahman memberikan keretangan pers saat mengunjungi Pos Polisi Singosaren, pada Rabu (5/9/2012). Sebelumnya di tempat tersebut terjadi penyerangan yang menewaskan angota Polresta Solo Bripka Dwi Data Subekti. (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/SOLOPOS)

Anggota Komisi Kepolisian Nasional (kompolnas) Edi Hasibuan (kiri) dan Hamidah Abdulrahman memberikan keretangan pers saat mengunjungi Pos Polisi Singosaren, pada Rabu (5/9/2012). Sebelumnya di tempat tersebut terjadi penyerangan yang menewaskan angota Polresta Solo Bripka Dwi Data Subekti. (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/SOLOPOS)

JAKARTA–Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Adrianus Meliala menegaskan, kasus penggerebekan kelompok teroris di Solo beberapa waktu lalu bukan suatu bentuk pengalihan isu yang tengah hangat berkembang di masyarakat.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Apa yang dilakukan Densus 88 bukanlah suatu rekayasa untuk mengalihkan isu. Tetapi ini adalah murni upaya mereka untuk memerangi terorisme di Tanah Air,” tegas Adrianus saat melihat kondisi jenazah teroris di ruang forensik RS Bhayangkara Polri, Kramatjati, Jakarta, Jumat (7/9/2012).

Ia juga menegaskan terlalu berisiko bila upaya Densus 88 dalam melakukan perang melawan teroris dilihat sebagai bentuk pengalihan isu, apalagi harus menelan korban hingga tewas.

“Bila rekayasa hingga menelan korban tewas saya kira itu sangat tidak dimasuk akal,” tegasnya.

Adrianus yang juga kriminolog itu memastikan kedua pelaku teror tewas karena ditembak Tim Densus 88 Antiteror karena berusaha melawan saat akan ditangkap.

“Memang mereka tewas karena kontak tembak, jadi anggapan bahwa ini rekayasa sama sekali harus dikesampingkan,” ujarnya.

Saat kunjungannya di RS Bhayangkara Polri, Adrianus sempat berbincang dengan ayah dari (alm) Muchsin. “Keluarga mengakui bahwa itu adalah anaknya, dan saya rasa mereka sudah ikhlas ditinggalkan,” tambah Adrianus.

Sementara itu, terkait adanya kesalahan dalam penangkapan pelaku teror yang dilakukan oleh Densus 88 saat penggrebekan Adrianus menganggap hal itu merupakan suatu yang wajar. Pasalnya, dalam aksi penggerebekan pelaku teror harus dilakukan secara cepat.

“Sebagai profesional, kesalahan itu wajar, karena operasi antiteror membutuhkan waktu yang cepat,” ujarnya.

Adanya kesalahan itu dianggap wajar dan aparat kepolisian pun sudah mengakui kesalahan tersebut sekaligus melakukan permohonan maaf.

“Kalau ada yang merasa dirugikan, kami sarankan untuk diselesaikan kasus ini secara kekeluargaan,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya