SOLOPOS.COM - Demonstran Tunisia, Rabu (14/1/2015), meneriakkan protes atas edisi terbaru Tabloid Mingguan Prancis Charlie Hebdo yang menampilkan kartun Nabi Muhammad saw. (JIBI/Solopos/Reuters/Anis Mili)

Teror Paris dan kartun nabi oleh Charlie Hebdo menimbulkan gelombang protes sektarian di berbagai negara. Namun Presiden Prancis, Francois Hollande, sedang di puncak popularitas.

Solopos.com, PARIS — Presiden Prancis, Francois Hollande, menegaskan negara itu tetap mempertahankan kebebasan berbicara (termasuk pers) meskipun majalah Charlie Hebdo menimbulkan gelombang protes di berbagai negara. Menariknya rentetan kasus ini membuat Hollande meraih puncak popularitasnya.

Promosi Kisah Inspiratif Ibru, Desa BRILian Paling Inovatif dan Digitalisasi Terbaik

Artinya, Prancis tidak akan melarang Charlie Hebdo terbit meskipun dipenuhi konten satire yang menyindir kelompok agama tertentu. Sabtu (17//1/2015), Hollande menyebut pemrotes anti-Charlie Hebdo tidak memahami kebebasan berbicara.

Pernyataan itu dikeluarkan Hollande sehari setelah kartun Nabi Muhammad kembali menuai protes yang berujung kekerasan di sejumlah negara berpenduduk mayoritas Muslim. Desakan agar Charlie Hebdo dilarang terus menyeruak sejak rentetan serangan mematikan di Paris, termasuk di kantor majalah itu, yang menewaskan total 12 orang.

Kartun Nabi Muhammad yang terpampang di sampul majalah tersebut menimbulkan kemarahan di dunia Islam. Berbagai protes yang berujung kekerasan muncul di Aljazair, Niger, dan Pakistan pada Jumat (16/1/2015) lalu.

“Kami mendukung negara-negara yang memerangi terorisme. Saya masih ingin menunjukkan solidaritas, namun pada saat yang sama, Prancis juga punya prinsip dan nilai-nilai kebebasan berekspresi,” kata Hollande saat mengunjungi Tulle, selatan Prancis, Sabtu, seperti dilansir Reuters.

Penembakan di Paris dipicu kartun Nabi Muhammad Charlie Hebdo edisi sebelumnya. Kartun itu dianggap banyak kelompok Muslim sebagai penghinaan agama.

Di Niger, pemrotes membakar gereja-gereja dan menjarah pertokioan di Niamey, Ibu Kota Niger, Sabtu. Kerusuhan tersebut menjalar selama dua hari sejak publikasi terakhir Charlie Hebdo.

Kedutaan Besar Prancis di Niamey menyarankan warga negaranya di Niger untuk tidak keluar rumah. Sebanyak enam orang terbunuh di Zinder, kota terbesar kedua di Niger, Jumat lalu, saat gereja-gereja setempat dibakar dan rumah warga Kristen dijarah.

Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius, mengutuk kekerasan di Niger itu. Namun tak hanya Prancis, Jumat lalu, kerusuhan juga pecah di Karachi, Pakistan, saat demonstran bergerak ke Kantor Kedubes Prancis. Di Aljazair, kerusuhan pecah di Algiers dalam protes serupa.

Namun bagi Hollande, rentetan peristiwa ini membuat popularitasnya di Prancis naik tajam. Setelah sempat anjlok gara-gara skandal seksnya dengan aktris Julie Gayet, popularitas Hollande nakik dari 24% menjadi 34% gara-gara teror di Paris. Setidaknya, itulah yang tergambar dalam polling BVA yang dipublikasikan kemarin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya