SOLOPOS.COM - Pesan "Kita semua Charlie" terpampang di Arab World Institute (IMA), Paris, Rabu (14/1/2015). Tulisan itu merupakan wuud keprihatinan atas jatuhnya korban serangan kantor tabloid satir mingguan Prancis Charlie Hebdo dan supermarket di Paris. Meskipun dunia Islam prihatin dengan teror di Paris tersebut, mereka umumnya juga menyayangkan sikap Charlie Hebdo yang justru menampilkan kartun Nabi Muhammad pada edisi terbaru media massa itu. (JIBI/Solopos/Reuters/Youssef Boudlal)

Teror Paris, termasuk di kantor Charlie Hebdo, memicu serangan terhadap masjid-masjid di Prancis. Presiden Prancis, Francois Hollande, pun akhirnya turun tangan.

Solopos.com, PARIS — Presiden Prancis, Francois Hollande, menenangkan komunitas muslim di negara itu. Kamis (15/1/2015) lalu, Hollande menyatakan Prancis menghormati muslim dan agama mereka, namun tidak berkompromi soal komitmen kebebasan dan demokrasi.

Promosi BRI Group Buka Pendaftaran Mudik Asyik Bersama BUMN 2024 untuk 6.441 Orang

Hal itu dikatakan Hollande menyusul serangan militan yang menewaskan 17 orang di Prancis, sepekan lalu. Dalam pertemuan di Institut Dunia Arab di Paris itu, Hollande mengatakan Muslim adalah korban pertama dari fanatisme, fundamentalisme, dan intoleransi.

Pidato Hollande itu sebagai penyeimbang antara komitmen pemerintah Prancis melindungi 5 juta minoritas muslim dan melindungi kebebasan berbicara yang sedang disorot karena kasus kartun nabi. “Islam sesuai dengan demokrasi dan kami akan tidak meragukannya,” kata Hollande seperti Reuters.

Sebagai ungkapan simpati atas kasus kekerasan yang dilakukan militan muslim itu, di depan gedung Institut Dunia Arab Paris dipasang tulisan “We are all Charlie” dalam bahasa Prancis dan Arab. Hollande juga menyebut Prancis adalah sahabat dunia Arab. “Prancis adalah sahabat, namun ini adalah negara yang punya aturan, prinsip, dan nilai. Tidak ada satu poin pun yang bisa ditawar, kebebasan dan demokrasi.”

Namun, hanya beberapa jam setelah pidato Hollade, di Belgia, negara tetangga Prancis, polisi membunuh dua pria yang melepas tembakan dalam sebuah penggerebekan. Polisi menggerebek kelompok militan muslim dalam operasi yang mereka sebut perang besar-besaran terhadap teroris.

Sementara itu, muslim Prancis melaporkan muncul belasan serangan terhadap masjid-masjid di negara itu sejak teror di kantor Charlie Hebdo. Padahal, seorang imigran muslim asal Mali, Lassana Bathily, menjadi pahlawan karena melindungi warga yang berbelanja dari serangan kelompok militan itu. Atas jasanya, Menteri Dalam Negeri Prancis memberinya kewarganegaraan Prancis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya