SOLOPOS.COM - Warga melihat lokasi tempat kejadian kecelakaan sebuah truk kontainer yang menabrak halte bus di depan SDN Kota Baru II dan III di Jalan Sultan Agung, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (31/8/2022). Menurut keterangan kepolisian, dalam kecelakaan yang diduga diakibatkan rem blong tersebut telah menyebabkan 10 orang meninggal dunia, tujuh diantaranya anak-anak sekolah serta 30 orang lainnya luka-luka. ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/wsj.

Solopos.com, SOLO — Korban meninggal akibat kecelakaan maut di Jl. Sultan Agung, Bekasi Barat, Kota Bekasi pada Rabu (31/8/2022) bertambah menjadi 11 orang.

Pernyataan itu disampaikan Kapolsek Bekasi Kota, Kompol M. Salahuddin saat berbincang dengan wartawan di lokasi kejadian. “Sebelumnya [korban meninggal] 10 orang. Terakhir dari rumah sakit tambah 1 orang. [Korban] meninggal 11 orang,” kata Salahuddin.

Promosi BRI Pastikan Video Uang Hilang Efek Pemilu untuk Bansos adalah Hoaks

Kecelakaan maut di Bekasi itu melibatkan truk trailer bermuatan besi. Salahuddin juga menyampaikan secara tidak langsung bahwa sopir truk trailer selamat. “Pengemudi di Mapolsek Bekasi Kota. Kami interogasi,” imbuh dia.

Dia menceritakan keterangan sementara yang disampaikan sopir truk trailer yang terlibat kecelakaan maut di Bekasi pada Rabu pukul 10.00 WIB. Menurut dia, sopir mengaku mengantuk karena sempat mengonsumsi obat merek tertentu.

“Kami interogasi sopir. Beliau katakan memang lalai karena kelelahan. Pada saat interogasi syok, tidak membayangkan terjadi itu [kecelakaan]. Hasil pemeriksaan urine negatif narkoba. Tapi ada pengakuan minum obat sehingga [diduga] mempengaruhi [kondisi] saat membawa kendaraan dan lalai, ngantuk saat menyetir. Tadi beliau mengatakan itu,” ungkap dia seperti dikutip Solopos.com dari channel YouTube metrotvnews pada Rabu.

Baca Juga : Kecelakaan Maut 10 Meninggal di Bekasi Gara-gara Truk Trailer Hilang Kendali

Namun, Salahuddin menyebutkan bahwa keterangan sopir sempat berubah-ubah karena diduga masih syok. Awalnya, tuturnya, sopir sempat mengaku rem truk trailer yang dia kemudikan itu blong.

“Awalnya bilang rem blong. [Kami] cek di TKP terhadap kendaraan ternyata bisa digunakan langsung tanpa menggunakan derek. Saat di tes, truk normal dan bagus,” tuturnya.

Pengakuan Sopir

Masih menurut pengakuan sopir truk trailer, Salahuddin menjelaskan bahwa kendaraan yang terlibat kecelakaan maut di Bekasi itu melaju dengan kecepatan 40-50 km/jam.

“Pengakuannya kecepatan 40-50 km/jam. Setelah flyover Kranji masih stabil. Saat di depan TKP ini tiba-tiba oleng, gak sadar, tabrak anak-anak sekolah dan orang tua yang menjemput [anak sekolah],” tuturnya.

Baca Juga : 30 Orang Jadi Korban Kecelakaan Maut Bekasi, Termasuk Anak-anak Pulang Sekolah

Hal senada disampaikan Dirlantas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Latif Usman. Latif menyebut bahwa kondisi sopir masih syok sehingga polisi belum dapat memeriksa secara detail.

“Penyebab kecelakaan, sementara sopir masih syok. Keadaan belum bisa memberikan keterangan semestinya. Keterangan sopir masih berubah-ubah. Kami lakukan pendampingan sopir supaya tenang. Kami minta istirahat dulu,” tutur dia seperti dikutip Solopos.com dari channel YouTube metrotvnews, Rabu.

Olah TKP

Ia juga menjelaskan bahwa Polisi menerjunkan tim Traffic Accident Analysis (TAA) untuk melihat proses kecelakaan, kondisi kendaraan, rem, dan lain-lain.

Latif juga menyampaikan perihal kecepatan kendaraan sesaat sebelum terjadi kecelakaan maut di Bekasi. Menurut keterangan saksi, truk trailer itu melaju kencang.

Baca Juga : Kecelakaan Maut di Bekasi Bukan karena Rem Blong, Polisi: Ada Bekas Rem

“Keterangan semenatara saksi yang selamat di rumah sakit, kendaraan ini melaju cukup kencang. Saat [sampai] di TKP tidak bisa mengendalikan dan oleng ke kiri. Penyebabnya apa atau mengantuk masih kami selidiki. Kami masih menunggu kondisi psikis sopir [untuk pemeriksaan lebih lanjut],” tutur dia.

Polisi telah melakukan olah TKP manual sambil menunggu olah TKP dari tim TAA. Hasil olah TKP sementara menyebutkan bahwa kendaraan yang terlibat kecelakaan maut di Bekasi itu melaju dengan kecepatan tinggi.

“Kondisi saat itu jam 10.00 WIB, di tempat itu melaju dengan kecepatan tinggi itu bahaya. Jalur sempit, bahu jalan tidak ada.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya