SOLOPOS.COM - Bhayangkara Dua Richar Eliezer (Bharada E) (Istimewa)

Solopos.com, JAKARTA — Bharada Richard Eliezer harus menempuh jalur berliku untuk bisa diterima sebagai anggota Polri tahun 2019.

Total empat kali ia menjalani tes seleksi penerimaan anggota Polri.

Promosi Kecerdasan Buatan Jadi Strategi BRI Humanisasi Layanan Perbankan Digital

Perinciannya, tiga kali pemuda tamatan SMA ikut ujian seleksi bintara Polri sejak 2016 namun selalu gagal.

Karena sudah tiga kali gagal seleksi bintara kesempatan Richard pun habis. Pada tahun keempat ia mencoba melalui jalur seleksi tamtama dan akhirnya lolos.

Tak hanya lolos, ia bahkan menduduki peringkat pertama dalam seleksi yang digelar Kepolisian Daerah Sulawesi Utara tahun 2019.

Total ia baru dua tahun lebih enam bulan mengabdi sebagai polisi saat tersangkut kasus Ferdy Sambo.

Berikut perjalanan Richard Eliezer menjadi anggota Polri, seperti dirangkum dari nota pembelaan (pleidoi)-nya di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (25/1/2023).

1. Diterima sebagai tamtama Polri 2019

Richard Eliezer mencoba mendaftar sebagai anggota Polri dalam seleksi bintara sejak 2016 tapi gagal.

Tak menyerah, Eliezer terus mencoba dua tahun berturut-turut namun kembali gagal.

Ia akhirnya berhasil menjadi anggota Polri melalui jalur seleksi tamtama tahun 2019.

“Menjadi anggota Polri khususnya menjadi keluarga Korps Brimob adalah suatu mimpi dan kebanggaan bagi saya dan keluarga, setelah empat kali menjalani tes bintara dan terakhir tamtama dari tahun 2016 hingga 2019,” ujar Richar Eliezer dalam nota pembelaan yang ditulis tangan, seperti dikutip Solopos.com dari siaran Kompas TV, Kamis.

2. Bekerja menjadi sopir hotel

Gagal dalam tiga kali seleksi masuk anggota Polri dari jalur bintara, Richard Eliezer lantas bekerja menjadi sopir di salah satu hotel di kota kelahirannya, Manado.

Hal itu ia lakukan karena untuk membantu orang tua lantaran ia bukan terlahir dari keluarga kaya.

Namun tekadnya menjadi anggota Polri tidak pernah pupus. Pada tahun keempat ia kembali melamar melalui jalur tamtama dan diterima.

3. Menjalani pelatihan sebagai tamtama Polri

Setelah diterima sebagai polisi, Richard Eliezer pada 30 Juni 2019 mulai menjalani pelatihan di Pusat Pendidikan Brimob Watukosek, Pasuruan, Jawa Timur.

Berbekal tabungan saat menjadi sopir hotel, Richard Eliezer merantau dari Manado ke Jawa Timur.

“Saya ingat sebelum pergi ke bandara saya berkata ke ibu, ‘Mak saya sudah mau pendidikan ke Watukosek’. Mama saya dengan bangga sambil menangis memberi saya semangat dan doa, saya pun menangis dan berjanji akan menjalani pendidikan dengan baik dan membanggakan orang tua,” tutur Eliezer di nota pembelaannya.

4. Penugasan Richard Eliezer

Setelah selesai menjalani pelatihan di Pusat Pendidikan Brimob Watukosek, Richard Eliezer lantas bergabung sebagai anggota Resimen I Pasukan Pelopor Korps Brimob yang berlokasi di Gunung Putri, Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Di usia kariernya yang masih seumur jagung, Eliezer menjalani beberapa penugasan antara lain bergabung ke Satgas Madago Raya di Poso sebagai navigator.

Ia bertugas di Poso selama tujuh bulan mulai Maret hingga Oktober 2020.

Setelah itu Eliezer ditugaskan mengamankan Pemilihan Kepala Daerah di Manokwari, Papua pada Desember 2020, dilanjutkan evakuasi pesawat Sriwijaya Air yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021.

Setelah itu pemuda yang taat beribadah itu kembali ke kesatuannya di Korps Brimob di Cikeas, Bogor.

Di Korps Brimob Eliezer aktif sebagai pelatih bagi para calon tim SAR. Ia juga menjadi gitaris bagi gereja di markas “tentaranya” polisi tersebut.

5. Bertugas menjadi sopir Ferdy Sambo

Tanpa ia tahu bagaimana prosesnya, suatu hari pada November 2021 ia dipanggil oleh komandannya di Brimob.



Ia diberi tahu bahwa dirinya lolos sebagai sopir bagi Kepala Divisi Propam Polri saat itu, Irjen Ferdy Sambo.

Eliezer pun resmi menjadi pengawal Ferdy Sambo per 30 November 2021.

Sebagai polisi muda ia seolah tidak percaya sekaligus bangga karena dipercaya untuk mengawal seorang jenderal bintang dua.

“Di usia ini tidak terpikir akan dipercaya oleh atasan di mana saya bekerja memberi pengabdian kepada seorang jenderal bintang dua yang sangat saya percaya dan hormati,” kata Eliezer.

Namun kebanggaan itu ternyata tak berlangsung lama. Bahkan bergabungnya dirinya ke tim Ferdy Sambo menjadi awal dari bencana bagi kariernya.

Ia terancam dipecat dari Polri setelah dituntut hukuman penjara 12 tahun karena menembak Brigadir Yosua atas perintah dari Ferdy Sambo.

Ia berharap divonis rendah oleh majelis hakim karena apa yang dilakukannya hanya menuruti perintah atasannya, Ferdy Sambo.

Eliezer pun merasa dibohongi dan diperalat oleh mantan jenderal bintang dua Polri itu.

“Saya yang hanya prajurit berpangkat rendah, bharada, yang harus mematuhi perkataan dan perintah atasan saya. Ternyata saya diperalat, saya dibohongi dan disia-siakan. Bahkan kejujuran yang saya sampaikan tidak dihargai, malahan dan dimusuhi. Begitu hancurnya perasaan saya dan goyahnya mental saya,” tutur Eliezer.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya