SOLOPOS.COM - Pengungsi Rohingya meninggalkan tempat penampungan darurat di Cox's Bazar Bangladesh yang dilanda banjir saat hujan lebat, Selasa (19/9/2017). (JIBI/Solopos/Reuters/Mohammad Ponir Hossain)

Tentara penjaga perbatasan Bangladesh menghancurkan 20 kapal pengungsi Rohingya yang menyeberang dari Myanmar.

Solopos.com, SHAH PORIR DWIP — Penjaga perbatasan Bangladesh menghancurkan sekitar 20 kapal pengangkut pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan di Myanmar. Mereka menuduh penyelundup memanfaatkan arus besar pengungsi untuk membawa methamphetamine masuk ke negara itu.

Promosi BRI Bantu Usaha Kue Kering di Sidoarjo Berkembang Kian Pesat saat Lebaran

Para pengungsi mengatakan bahwa penjaga perbatasan juga memukul dan menangkap penumpang serta awak kapal ketika mereka berlabuh di Shah Porir Dwip, ujung selatan Bangladesh, pada Selasa (3/10/2017) lalu. Setelah itu, para petugas menghancurkan kapal-kapal tersebut.

Komandan Pasukan Penjaga Perbatasan Bangladesh (BGB), Letnan Kolonel Ariful Islam, membantah ada peristiwa pemukulan. Dia mengklaim tindakan tersebut dilakukan untuk menghalau perdagangan manusia dan penyelundupan methamphetamine atau ya ba. “Kapal mencoba mengangkut penumpang tanpa izin,” katanya.

Ariful menuduh penyelenggara perjalanan kapal memanfaatkan warga Rohingya yang malang dengan meminta sejumlah uang untuk mengirim mereka melakukan perjalanan singkat menuju Bangladesh. Beberapa penumpang mengatakan bahwa mereka telah membayar 10.000 taka Bangladesh (sekitar Rp1,6 juta) masing-masing untuk perjalanan tersebut. Namun, ada beberapa penumpang yang mengaku menumpang tanpa dipungut biaya.

Sementara itu, empat penumpang mengatakan bahwa mereka tidak melihat adanya obat terlarang yang diangkut di kapal tersebut. Namun Ariful Islam mengklaim bahwa pasukan penjaga perbatasan telah menemukan obat terlarang dengan jumlah besar di perairan sekitar kapal pada Selasa.

Lebih dari setengah juta warga Muslim Rohingya tiba di Bangladesh dari Myanmar sejak militer melancarkan aksi balasan menanggapi serangan gerilyawan pada 25 Agustus 2017 lalu. Operasi militer yang diklaim sebagai aksi balasan atas kelompok separatis itu disebut Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai upaya pembersihan etnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya