SOLOPOS.COM - Massa mengepung dan melakukan orasi di depan kantor Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Minggu (17/9/2017) malam. Pihak LBH Jakarta dan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Idham Aziz membantah kegiatan itu terkait PKI. (JIBI/Solopos/Antara/Muhammad Adimaja)

Diwarnai penyerbuan massa, acara Asik Asik Aksi di Kantor YLBHI disebut tidak menyinggung komunisme.

Solopos.com, JAKARTA — Pengepungan kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) di Jl. Diponegoro No. 74, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (17/9/2017) malam, dilatarbelakangi isu PKI yang diviralkan melalui pesan Whatsapp. Padahal, tak ada pembahasan terkait komunisme atau PKI sama sekali.

Promosi Cuan saat Ramadan, BRI Bagikan Dividen Tunai Rp35,43 Triliun

Peneliti Amnesty International, Bramantya Basuki, yang juga hadir dalam acara itu, mengatakan acara tersebut sebenarnya aksi solidaritas setelah sehari sebelumnya, Sabtu (16/9/2017). Saat itu, diskusi Pengungkapan Kebenaran Sejarah 1965 di depan Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta batal digelar lantaran dilarang polisi. Baca juga: Blokade Diskusi “Pengungkapan Sejarah 1965”, Polisi Dikecam.

“Kita datang pada sebuah aksi solidaritas atas pembatalan diskusi pengungkapan sejarah 1965. Acara itu [Minggu malam] diisi pembacaan puisi, musik, dan stand up komedi. Itu acara yang sangat biasa, acara seni, untuk solidaritas,” kata Bramanya di studio Kompas TV dalam program Kompas Petang, Senin (18/9/2017).

Rangkaian acara yang dimulai pada Minggu siang hingga pukul 15.00 WIB itu dimulai dengan pembacaan puisi, musik, diskusi, dan pembahasan tentang acara sebelumnya yang dibubarkan. Lalu pada malam harinya, ada seminar untuk menggali keterangan para korban kekerasan 1965.

“Untuk bercerita saja, poinnya tidak ada sama sekali upaya untuk mengajarkan komunisme dan kebangkitan PKI. Panitia dari YLBHI ingin mengangkat peristiwa tentang kekerasan oleh negara,” kata dia. “Mereka adalah korban kekerasan itu, dan karena dicap oleh Orde Baru, mereka seumur hidup mengalami kerugian besar.”

Bramantya mengaku merasa aneh saat itu. Pasalnya, massa berkumpul di depan kantor YLBHI ketika acara sudah hampir selesai. Sekitar pukul 21.30 WIB saat acara menjelang penutupan, ada teriakan yang dinilainya mengintiminasi peserta di dalam ruangan.

“Sabtu acara batal, tidak ada acara sama sekali, karena polisi sudah membarikade lokasi. Polisi menurunkan spanduk, tidak percaya sama kita. Nah, panitia ingin melakukan acara solidaritas. Saya ingin menjelaskan, sangat berbeda antara memposisikan ideologi komunisme dengan mengusut kekerasan terhadap korban 1965,” kata Bramantya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya