SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

AMMAN--Perang sipil besar-besaran mengintai Suriah, seiring aksi kekerasan yang semakin intens. Terbaru, dua ledakan bom menewaskan sedikitnya 25 pasukan Suriah di Aleppo, sementara tank-tank pemerintah mengepung Homs, Jumat (10/2/2012).

Serangan di Aleppo, kota terbesar kedua di Suriah, menargetkan pasukan militer dan sebuah bangunan keamanan. Jenazah para korban yang hancur ditayangkan oleh televisi pemerintah, yang secara konsisten menyebut gerakan menentang Presiden Bashar al-Assad sebagai aksi teroris yang didukung kekuatan asing.

Promosi BRI Cetak Laba Rp15,98 Triliun, ke Depan Lebih Fokus Hadapi Tantangan Domestik

Sejauh ini belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas dua serangan yang terjadi seiring semakin garangnya pasukan Assad membasmi pemberontakan melawan kekuasaannya. Di Homs, tank-tank militer Suriah mengepung kubu oposisi itu, setelah sepekan pengeboman yang memicu kecaman dari dunia internasional. Para aktivis di Homs mengatakan, penembakan secara sporadis kembali terjadi kemarin pagi. Mereka khawatir adanya serbuan yang lebih besar.

Juru bicara tentara pemberontak, Mayor Maher al-Naimi, mengatakan, sulit memprediksi kapan datangnya serangan besar itu. Namun menurut Naimi, Tentara Pembebasan Suriah siap mempertahankan kota itu “sampai tetes darah terakhir”.

Saksi mata di Homs mengatakan, rumah sakit darurat di daerah itu kewalahan menampung korban tewas dan luka. Mereka juga kehabisan obat-obatan dan makanan.

Beberapa korban luka bahkan dibiarkan tergeletak di jalanan hingga tewas kehabisan darah, karena terlalu berbahaya bagi tim penolong untuk mengavakuasi mereka. Komite Koordinasi Lokal, sebuah kelompok oposisi di Homs, menyebutkan korban tewas hingga Kamis (9/2) malam mencapai setidaknya 110 orang.

Seorang dokter Suriah yang hanya menyebut dirinya Mohammed, melalui rekaman video di YouTube, memohon bantuan dunia. “Bantu kami menangani yang terluka. Kami hanya menunggu mereka mati di sini. Saya menghimbau PBB dan organisasi kemanusiaan internasional menghentikan roket-roket yang menembaki kami,” ujarnya sambil berdiri di samping seorang pria yang berlumuran darah.

Dengan dukungan Rusia, Assad telah mengabaikan seruan Amerika Serikat (AS), Turki, Eropa, serta negara-negara Arab lainnya untuk menghentikan kekerasan dan menolak mundur. Gagal menggolkan resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB karena veto Rusia dan China, para menteri luar negeri Liga Arab akan kembali membahas usulan pengiriman misi PBB-Arab ke Suriah dalam pertemuan di Kairo, Minggu (12/2).

Sedangkan AS tengah mempertimbangkan cara untuk mengirimkan bantuan makanan dan obat-obatan ke Suriah. Upaya ini memperdalam internvensi internasional dalam konflik yang memiliki dimensi geopolitik luas dan telah menyebabkan perpecahan antara kekuatan dunia.
“Saya takut, kebrutalan mengerikan yang kita saksikan di Homs, dengan senjata berat menembak ke lingkungan sipil, adalah pertanda suram,” kata Sekjen PBB, Ban Ki-Moon setelah rapat DK di di New York, Rabu (8/2).

Di Moskow, juru bicara Kemenlu Rusia, Alexander Lukashevich, menegaskan, meskipun pertumpahan darah itu disesalkan, penyelesaiannya harus dilakukan rakyat Suriah sendiri. “Ada konflik internal, ini bukan situasi revolusioner, percayalah,” katanya.

(JIBI/SOLOPOS/Niken Ari Purwanti/Reuters)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya