SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JAKARTA — PT Trimarga Rekatama selaku representatif Sukhoi di Indonesia menegaskan pesawat Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di Gunung Salak tidak dilengkapi kursi pelontar (ejecting seat).

Promosi Aset Kelolaan Wealth Management BRI Tumbuh 21% pada Kuartal I 2024

“Pesawat transport itu tidak akan ada pelontar. Pelontar itu kan untuk menyelamatkan diri. Masa seorang pilot pesawat komersial menyelamatkan diri kan jelas nggak mungkin,” kata konsultan PT Trimarga Rekatama, Sunaryo, kepada detikcom, Senin (14/5/2012).

Menurut Sunaryo, kokpit pesawat Sukhoi Superjet 100 juga tidak dilengkapi pintu darurat khusus. Apalagi sampai pintu untuk melepas kursi pelontar ke atas.

“Kalau pesawat tempur memang ada, tapi untuk penerbangan sipil tidak ada. Alat penyelamatnya juga pelampung air, mana ada parasut. Jadi tidak ada ejecting seat,”tandasnya.

Pengamat penerbangan Cheppy Hakim menduga pesawat Sukhoi Superjet100 yang jatuh di Gunung Salak dilengkapi kursi pelontar (Ejecting Seat). Kursi pelontar dipasang untuk menyelamatkan pilot dalam kondisi bahaya.

“Itu kan pesawat prototipe, pesawat yang masih digunakan untuk penyempurnaan. Jadi memang dia dilengkapi parasut untuk pilot dan enginer. Kenapa, karena dia akan mencoba pesawat itu untuk manuver berbahaya dan pada saat kondisi tertentu dia harus menyelamatkan diri,” kata Cheppy kepada wartawan, Senin (14/5/2012).

Dugaan ini didasarkan 7 orang personel Komando Pasukan Khusus (Kopassus) berhasil membuka jalur menuju tebing yang menjadi titik kecelakaan pesawat Sukhoi Jet 100. Dalam proses evakuasi, tim baret merah itu berhasil menemukan jasad yang diduga pilot pesawat, tergantung di parasut. JIBI/SOLOPOS/dtc

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya