SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

”Steamboat, kapal api bukan ya?” begitu komentar salah seorang teman saat ditanya tentang steamboot. Namun, ada pula yang langsung nyambung, ”Itu masakan rebus yang penyajiannya dengan panci dan kompornya sekalian kan?”

Aneka asumsi yang muncul mendengar kata steamboat wajar adanya. Pasalnya, makanan rebus-rebusan tersebut memang belum begitu akrab di masyarakat layaknya steak atau burger yang tersedia dari restoran hotel berbintang sampai pedagang kaki lima.

Promosi Direktur BRI Tinjau Operasional Layanan Libur Lebaran, Ini Hasilnya

Namun jika dicermati, kata steamboat memang mengingatkan orang pada sesuatu yang kurang lazim dan spektakuler. Lihat saja, mulai dari yang berasumsi kapal api sampai penyajian bersama panci dan kompornya. Memang tak berlebihan, sebab dengan cara penyajiannya yang tak biasa itu, steamboat memang semlohai.

”Yang jelas masakan disebut steamboat karena proses memasaknya di panci steamboat dengan kuah yang sudah jadi,” terang Chef Lor In Resort and Spa, Muhammad Fuuzi, saat ditemui Espos di lobi Lor In Resort and Spa, Jumat (18/12).

Yakni, lanjutnya, memasak dengan di-steam –dipanaskan– dalam boat atau panci bercerobong di tengahnya dengan diameter sekitar 21 cm, berisi kuah jadi yang disajikan langsung di atas kompor. Cerobong tersebut berfungsi untuk semakin membuat makanan cepat matang.

Sementara, bahan makanan –baik sayur maupun daging segar– yang bakal dimasak dalam kuah tersebut, disajikan secara terpisah. Sehingga, calon penyantapnyalah yang langsung memasak sendiri. Mencelupkan satu demi satu bahan dan setelah dirasa matang, langsung menyantapnya dalam kondisi panas. Nikmat bukan?

Beragam aroma

Kenikmatan itulah, lanjut Fuuzi yang menjadikan makanan tersebut mulai banyak diminati di Kota Bengawan ini dengan beragam paduan bahan dan nama khas masing-masing. Seperti halnya di negara-negara kawasan Asia yang lebih dulu mempopulerkan steamboat.

Di Thailand, makanan serupa biasa disebut dengan sukiyaki. Sedangkan di Jepang, orang lebih akrab dengan label shabu-shabu atau masakan nabe –masakan panci. Sementara di China sajian ini juga ngetop dengan nama hot pot. Sebutan nama steamboat sendiri awalnya populer di Singapura dan Malaysia.

Tetapi, konon, cikal bakal makanan ini berasal dari Mongolia dan lahir dari sebuah ketidaksengajaan, yakni terjadi saat raja pertama Dinasti Yuan, Kubilai Khan memimpin pasukannya bertempur. Tentaranya tidak memiliki cukup waktu untuk memasak. Oleh sebab itu, mereka memotong daging kambing menjadi potongan-potongan tipis dan dimasukkan ke dalam air mendidih lalu disantap. Cara ini sama persis seperi sajian shabu-shabu. Penasaran, silakan coba!
ewy,m83

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya