SOLOPOS.COM - Ali Mochtar Ngabalin. (Antara)

Solopos.com, JAKARTA — Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin terlihat emosional saat berbicara terkait pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20, dalam talkshow di salah satu televisi swasta.

Ali Mochtar Ngabalin yang kini bergabung di Partai Golkar menyebut penolak Timnas Israel seperti dinosaurus.

Promosi Siap Layani Arus Balik, Posko Mudik BRImo Hadir di Rute Strategis Ini

Kegeraman Ali Mochtar berawal dari pernyataan politikus PDIP Aria Bima yang terkesan melemparkan kesalahan ke pemerintah terkait batalnya Piala Dunia U-20 di Indonesia.

Aria mengatakan pembatalan oleh FIFA berdasarkan surat yang dikirim pemerintah melalui Plt. Menteri Pemuda dan Olahraga Muhadjir Effendy.

Aria mengakui sikap PDIP kukuh menolak Timnas Israel hadir di Indonesia karena alasan kemanusiaan atas nasib Palestina yang masih dijajah Israel.

Opsi yang diberikan PDIP kepada pemerintah adalah Piala Dunia tetap berlangsung di Indonesia namun Timnas Israel berlaga di Singapura.

“Jadi kalau mencari kambing hitam ya yang ngirim surat ke FIFA kan Plt. Menpora,” ujar Aria Bima, seperti dikutip dari kanal Youtube TVOne, Senin (3/4/2023).

Menanggapi pernyataan Aria Bima, Ali Mochtar enggan berkomentar banyak. Baginya, perbincangan tentang Piala Dunia sudah berakhir dan tidak perlu diperpanjang lagi.

Ia menyerahkan penilaian tentang gagalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.

“Sudah tidak usah dibicarakan lagi, menurut saya ini sudah selesai. Biarkan jutaan rakyat yang menilai. Sejarahlah yang mencatat siapa-siapa makhluk dinosaurus pada zamannya nanti, yang menolak, yang membatalkan, yang tidak ikhlas Piala Dunia U-20 dilaksanakan,” ujarnya.

Seperti diketahui, FIFA akhirnya mencoret Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20, setelah muncul penolakan dari sejumlah pihak terhadap Timnas Israel.

Dari partai politik, yang menolak adalah PDIP dan PKS, lalu dua gubernur dari PDIP masing-masing I Wayan Koster (Bali) dan Ganjar Pranowo (Jawa Tengah).

Pihak lain yang menolak adalah Majelis Ulama Indonesia, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), serta sejumlah ormas Islam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya